Ahad 18 Oct 2015 06:19 WIB

Di Frankfurt Book Fair, Republika Hadirkan Buku Kekejaman PKI

Suasana Frankfurt Book Fair 2015.
Foto: Antara
Suasana Frankfurt Book Fair 2015.

Suram di dalam

Mengapa penerjemahan ke bahasa asing penting? Karena, Indonesia telah lama menjadi konsumen besar hak-hak cipta buku-buku asing. Lebih dari separuh buku yang terjual di pasar domestik adalah terjemahan, datang dari negeri Arab, Barat, Jepang, Korea, dan Cina. Padahal, sebagai negeri dengan kekayaan budaya tak terkira, Indonesia pun berpeluang menampilkan diri di negeri lain.

Mendikbud Anies Baswedan menyebut, kehadiran Indonesia di Frankfurt bukan sekadar untuk dikenal dan diakui. Lebih dari itu, untuk mengajak masyarakat dunia untuk belajar kepada Indonesia, bagaimana masyarakat negeri ini dapat mengelola perbedaan, mengembangkan kebudayaan melalui sikap terbuka dan percakapan terus-menerus.

Tepuk tangan panjang menyambut pidato Anies saat acara pembukaan itu. Kegempitaan serupa hadir di ruang-ruang pentas, Paviliun Indonesia, panggung stan nasional, dan acara-acara lain --dari komik hingga film, dari tari-tarian hingga demo masak. Indonesia di Frankfurt terwakili ucapan Anies, "Tegak bukan dipersatukan penaklukan, melainkan dengan imajinasi."

Frankfurt Book Fair pekan ini membawa nama Indonesia ke daftar headline media. Namun, terutama dalam hal perbukuan, ledakan minat tamu akan berhadapan dengan keterbatasan ruang rumah sendiri. Hanya terbit 18 ribu hingga 24 ribu buku di negeri ini per tahun (panitia menyebut 40 ribu, tapi sesungguhnya tak satu pihak pun memiliki data valid).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement