Jumat 16 Oct 2015 20:13 WIB

Ini Kata Moedoko Soal Pembentukan Kader Bela Negara

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ilham
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko menganggap konteks bela negara yang diwacanakan Kementerian Pertahanan (Kemenhan), sangat berbeda dengan wajib militer. Menurutnya, bela negara yang lebih hakiki yaitu membangun jiwa seseorang.

"Bukan mengangkat sejata dan menembaknya, tapi semangat jiwa bela negaranya itu yang lebih utama," kata dia saat berada di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Jumat (16/10).

Moeldoko mengatakan, apabila semua masyarakat Indonesia memiliki semangat bela negara yang dilandasi dengan disiplin, tanggungjawab yang tinggi atas hak dan kewajiban sebagai warga negara. Maka, masyarakat sebenarnya memberikan kontribusi yang sangat signifikan untuk kemajuan sebuah bangsa.

"Jangan dibayangkan kita akan membentuk 100 ribu pasukan sipil atau milisi," ujar dia.

Menurut Moeldoko, salah satu cara membangun jiwa bela negara pada anak-anak dapat melalui kurikulum di sekolah. Sasarannya, peningkatan disiplin, tanggungjawab dan lain-lain.

"Jadi tidak harus dalam bentuk yang massal. Karena saat ini kita juga dihadapkan dengan anggaran," jelasnya. Sebab, ia menambahkan, anggarap pertahanan TNI pada 2016 akan dipotong sebesar Rp 7 triliun.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan berencana membentuk 100 juta kader Bela Negara dalam 10 tahun. Pembentukan ini dimaksudkan untuk kembali menumbuhkan rasa cinta Tanah Air dan nasionalisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement