Rabu 14 Oct 2015 18:22 WIB
Pembunuhan Salim Kancil

Masyarakat Berdatangan ke Rumah Tosan Sampaikan Simpati

Rep: Andi Nurroni/ Red: Bayu Hermawan
Aparat kepolisian berjaga di rumah Tosan, petani penolak tambang pasir yang menjadi korban penganiayaan preman tambang di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (14/10).Republika/Wihdan Hidayat
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Aparat kepolisian berjaga di rumah Tosan, petani penolak tambang pasir yang menjadi korban penganiayaan preman tambang di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (14/10).Republika/Wihdan Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Rumah Tosan di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, ramai oleh tamu sejak Rabu (14/10) pagi. Para tamu adalah kelompok masyarakat yang bersimpati terhadap aksi heroik Tosan dan teman-temannya menentang tambang pasir di desa mereka.

Tosan tiba di rumah sejak Selasa (13/10) malam, setelah sebelumnya dirawat 19 hari di RS dr Saiful Anwar Malang. Ia dirawat karena terluka parah setelah disiksa para preman tambang.

Kelompok masyarakat yang menjumpai Tosan di rumahnya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari tetangga dekat, warga Lumajang dari kecamatan berbeda, hingga kalangan mahasiswa.

Kelompok mahasiswa yang datang menjenguk Tosan, di antaranya berasal dari FISIP Universitas Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Sembilan mahasiswa berjas almamater tersebut sengaja datang jauh untuk menengok dan menyerahkan bantuan dana hasil penggalangan yang mereka lakukan.

Pimpinan rombongan mereka, Siam Khoirul Bahri menyampaikan, ia dan kawan-kawannya telah melakukan penggalangan bantuan untuk meringankan beban Tosan sekeluarga serta keluarga almarhum Salim Kancil.

"Kami menggelar penggalangan dana empat hari, mulai dari kampus hingga ke turun ke jalanan," ujarnya.

Menurut Siam, aksi dukungan mereka lakukan karena merasa prihatin atas apa yang terjadi. "Kami sangat miris. Kami berharap jangan sampai terulang lagi," kata Siam.

Tamu lainnya, Kosim, mengaku berasal dari Kecamatan Jatiroto, Lumajang. Ia menempuh satu jam perjalanan membawa istri, anak dan keponakannya untuk menengok Tosan. "Saya lihat di TV. Kami prihatin. Kami ingin bersilaturahim dan mendoakan," ujar Kosim.

Hingga sore hari, rumah Tosan tidak surut kedatangan tamu. Kawan-kawan seperjuangannya juga silih berganti berdatangan. Duduk di kursi, Tosan menyapa dan bercengkrama dengan tamu dan kawan-kawannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement