Sabtu 10 Oct 2015 09:12 WIB

Aktor Intelektual Tragedi Mina

Ambulans membawa jamaah haji korban insiden Mina.
Foto:
Jamaah haji menjadi korban insiden Mina pada Kamis (24/9).

Sebagai seorang yang pernah tinggal di Arab Saudi sejak 1976 hingga 1985 dan selalu mengikuti prosesi ibadah haji, bahkan sesudah itu, kami melihat adanya beberapa kejanggalan dalam tragedi Mina, khususnya yang terjadi pada 2015 ini.

Apabila apa yang diberitakan itu benar bahwa pada pada Kamis, 10 Dzulhijjah, jamaah haji yang berjalan menuju tempat pelontaran jumrah Aqabah, tiba-tiba yang di depan berhenti sehingga yang di belakang berdesakan sampai terinjak-injak dan mati, dan yang mati berjumlah 1.095 orang, maka hal itu tampaknya sulit dapat diterima oleh akal yang sehat.

Sebab, para jamaah yang hendak melontar jumrah Aqabah itu sedang dalam kondisi mengantuk, letih, dan lapar akibat pada Rabu, ketika mereka wukuf di Arafah, seharian mereka tidak bisa istirahat. Malam hari juga, dalam perjalanan dari Arafah ke Mina, mereka tidak bisa tidur. Sementara, pagi harinya, mereka kebanyakan belum mendapat sarapan. Karenanya, perjalanan mereka itu tidaklah cepat,  melainkan agak santai.

Pada 2000, ketika kami diundang oleh Pemerintah Arab Saudi untuk memberikan penyuluhan haji melalui radio dan saluran televisi Arab Saudi, dari lereng gunung di Mina kami sempat memantau perjalanan jamaah haji. Ternyata, perjalanan mereka itu pelan, tidak berlari, tanpa berdesakan. Berdesakan hanya terjadi ketika mereka sedang melontar jumrah Aqabah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement