Selasa 06 Oct 2015 12:56 WIB

BNPB: Pemadaman Api di OKI Terhambat Lahan Gambut

Rep: Dessy S Saputri/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala BNPB Willem Rampangilei.
Foto: Antara
Kepala BNPB Willem Rampangilei.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut pemadaman api akibat kebakaran hutan dan lahan di daerah Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan (Sumsel), mengalami perlambatan. Berdasarkan data BNPB, sebaran titik api di daerah Sumsel hingga Selasa (6/10) pukul 08.00 WIB, mencapai 466 titik.

"Dari citra satelit yang kami amati dua hari terakhir, Sumsel terutama di Ogan Ilir, pemadaman masih lambat," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei, dalam konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta.

Menurut Willem, penanganan yang lambat tersebut dipengaruhi sejumlah parameter, salah satunya  pemadaman di lahan gambut yang membutuhkan teknik tertentu. Pasalnya, lahan gambut di daerah tersebut sangat tebal sehingga mempengaruhi tehnik pemadaman.

Untuk melakukan pemadaman di lahan gambut, BNPB akan melakukan ujicoba penggunaan bahan kimia sebanyak 40 ton. Ia mengatakan, dengan menggunakan produk bahan kimia tersebut dapat membantu menurunkan temperatur secara drastis.

"Saya yakin chemical perlu dipertimbangkan, walaupun dari kementerian LHK sudah gunakan chemical. Kita gunakan chemical akan diuji coba, belum digunakan betul, baru mau jadi percobaan," jelas pensiunan bintang dua TNI AL tersebut.

Ia menjelaskan, Presiden Jokowi juga telah menginstruksikan untuk membangun kanal membasahi lahan gambut. Dengan kondisi lahan yang basah, sambung dia, akan membantu mencegah terjadinya kebakaran. "Itu untuk rewetting. Kementerian LHK panggil semua ahli dan akademisi, buat kanal blocking di lahan gambut. Dengan kondisi selalu basah akan efektif cegah kebakaran," ujarnya.

Selain itu, Willem juga mengatakan, BNPB akan menambah kekuatan pasukan dari TNI dan Polri serta menambah sarana pemadaman, yakni helikopter. Hingga saat ini, pemerintah telah mengerahkan sebanyak 17 helikopter guna melakukan pengeboman air melalui udara.

 

Berdasarkan data BNPB, Willem menyebut, jumlah sebaran titik api hingga saat ini mencapai 502 titik di Sumatera, 17 titik di Jambi, delapan titik di Lampung, enam titik di Sumatera Barat, tiga titik di Babel, dan dua titik di Riau.

Sedangkan, di Kalimantan terdapat 712 titik api, Kalimantan Timur 333 titik, Kalimantan Tengah 262 titik, Kalimantan Selatan 104 titik, Kaltara tujuh titik api, dan Kalimantan Barat enam titik api.

Selain itu, menurut dia, kebakaran lahan dan hutan justru lebih banyak terjadi di daerah perbatasan kabupaten dan provinsi. "Kemungkinan jalan tidak bagus jadi patroli tak sampai sana," katanya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement