REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Ciliwung Merdeka dan Jamu Jago memberikan pelatihan membuat jamu kepada warga Kampung Pulo dan Bukit Duri. Pelatihan tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan warga untuk meningkatkan perekonomian mereka.
Menurut Ketua Ciliwung Merdeka, Sandiawan pelatihan semacam ini lebih bermanfaat bagi warga dibandingkan pembagian sembako. Sebab masyarakat bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan hidup mandiri.
Ia mengatakan, pelatihan ini tidak menggunakan dana dari pemerintah, namun rencananya pemberian modal akan diberikan oleh pengusaha Jamu Jago dan sejumlah pengusaha lain.
Pelatihan awal memang hanya membuat jamu. Tapi kedepannya kemungkinan akan ditambah lagi. Dari pihak Jamu Jago juga siap membantu dan memfasilitasi bagi mereka yang ingin berjualan jamu gendong atau jamu dorong. Pihak Jamu Jago, siap memberi modal dan melatih para warga.
Menurut Direktur Utama Jamu Jago, Jaya Suprana pelatihan awal membuat jamu hanya berupa filosofi dan teori cara membuatnya. Adapun filosofi jamu adalah karsa dan karya kebudayan bangsa indonesia. Jamu sendiri telah ada sejak awal manusia mengenal sakit.
"Di setiap negara dan wilayah Indonesi ada yang namanya jamu," ucapnya, Sabtu (26/9).
Kemudian untuk langkah-langkah membuat jamu sendiri diajarkan supaya peserta yang hadir tidak salah nantinya ketika meracik. Penanggung jawab pelatihan, Eva Ratna Wulan menuturkan mengapa jamu gendong, karena itu adalah warisan budaya bangsa. Jadi tidak boleh mati dan harus diteruskan. Sambil berjalan nantinya dapat menyehatkan masyarakat.
Masukan tentang berjualan jamu sendiri juga diberikan oleh Ratu Jamu Gendong 2011, Ika Rokaya. Dia mengatakan menjual jamu bukanlah sesuatu yang buruk untuk dilakukan. Dirinya sendiri adalah keturunan penjual jamu, dan akhirnya suaminya sendiri berjualan jamu.
Keuntungan menjual jamu sekitar Rp 300 ribu, jika bekerja dari 07.00 - 21.00 WIB. Bangun membuat jamu pukul 04.00 WIB. Adapun pagi hari menjual dari pukul 06.00 WIB - 09.00 WIB, sore hari dari pukul 15.00 WIB - 18.00 WIB. Setiap harinya dia menjajakan jamu di Wonogiri dengan sepeda motornya.
Salah satu warga Kampung Pulo, Badria (35) sendiri hanya ingin tahu bagaimana membuat jamu. Sebetulnya dirinya adalah tukang jus dan baru pertamakali melihat pembuatan jamu. Untuk saat ini dia baru mempelajarinya dulu. Namun kemudian dilihat selanjutnya bagaimana.
"Tapi kalau bisa dagangnya jangan muter-muter, dan di depan rumah aja," ungkap dia. "Sebab harus menyesuaikan dulu ngegendongnya, karena berat," ucapnya.