Ahad 20 Sep 2015 20:38 WIB

Pascapenyanderaan, tak Ada Pengamanan Tambahan di Perbatasan Papua

Salah satu sandera bernama Badar (tengah) tiba di Skouw, Kota Jayapura, Papua, Jumat (18/9).   (Antara/Indrayadi)
Foto: Antara/Indrayadi
Salah satu sandera bernama Badar (tengah) tiba di Skouw, Kota Jayapura, Papua, Jumat (18/9). (Antara/Indrayadi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian menegaskan, tidak ada penambahan pasukan pengamanan perbatasan RI-PNG dari utara hingga selatan Papua, pascapenyanderaan dua Warga Negara Indonesia (WNI) di PNG, pada Jumat (18/9).

"Penambahan pasukan belum ada, dan saya kira belum perlu, namun kami akan semakin mengoptimalkan kekuatan pasukan yang ada," kata Mayjen Siburian, Ahad (20/9).

Mengenai penyanderaan yang dilakukan kelompok tertentu di PNG terhadap dua warga Indonesia yang berprofesi sebagai tukang kayu, Siburian mengemukakan bahwa Panglima TNI telah memerintahkan dibentuknya tim khusus yang terdiri dari prajurit-prajurit terbaik untuk aksi pembebasan.

Sebanyak 33 anggota prajurit khusus pun diturunkan ke Papua untuk membebaskan sandera tersebut, apabila tentara PNG mengalami hambatan atau menemui jalam buntu dalam proses negosiasi pembebasan dua WNI yang disandera.

Namun, proses pembebasan berjalan dengan baik dan lancar melalui negosiasi tentara PNG dengan pihak penyandera.

"Tim khusus ini sudah ada di Papua sejak kejadian penyanderaan tersebut. Kami (TNI) menghargai apa yang menjadi permintaan negara PNG bahwa proses negosiasi akan dilakukan tentara PNG dengan para penyandera," katanya.

"Kita menghargai kedaulatan negara PNG. Sifatnya kami hanya menunggu apabila proses negosiasi berjalan buntu maka tim khusus ini akan diterjunkan di lokasi penyanderaan tersebut," lanjutnya.

Dijelaskan, tim khusus itu mempunyai kemampuan diatas rata-rata.

"Mereka ini tim antiteror milik TNI AD. Mereka tim terbaik milik TNI AD, mereka siap diturunkan di medan manapun mereka siap. Kelasnya kelas dunia antiteror termasuk membebaskan sandera," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement