REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyatakan, siap maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2019. Untuk merealisasikan langkah tersebut, PBB terus berkonsolidasi demi dapat menjadi peserta pemilu.
"Paling tidak 2019 pemilu serentak, kami masuk ikut pemilu dulu, jadi langsung pencalonan presiden. Saya akan maju," ujar Yusril di sela-sela Orientasi Kepengurusan PBB, Sabtu (19/9).
Mantan menteri sekretaris negara tersebut berharap masyarakat bisa belajar dari pemilu sebelumnya dalam memilih pemimpin. Seorang pemimpin, kata dia, harus mampu membawa perubahan, tidak cukup mengandalkan pencitraan. Pemimpin juga wajib memiliki wawasan yang luas dan mengeluarkan kebijakan yang tepat guna mengatasi kesulitan di dalam negeri.
"Mudah-mudahan masyarakat lebih cerdas, tak bisa lagi pemimpin kayak sekarang, arahnya tak jelas begini, tidak menimbulkan kepercayaan baik di dalam maupun di luar negeri," ujar Yusril.
Dia menyatakan, memang pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan untuk mengatasi keterpurukan ekonomi. Sayangnya, hal itu tak bisa membangun kepercayaan di tengah masyarakat.
"Jadi saya pikir tak bisa lagi kayak kemarin, pencitraan-pencitraan begitu yang tidak menyelesaikan apa-apa. Ketika terjadi kayak sekarang, ekonomi mengalami perlambatan, paceklik, dolar naik, tambang tak bisa dibuka, itu presiden datang terus bagi-bagi, ya tak akan menyelesaikan masalah," ujarnya.
Menurut pakar hukum tata negara tersebut, idealnya presiden bisa melahirkan kebijakan yang menyelesaikan persoalan, dengan melihat apa yang menjadi akar masalahnya,
"Orang kecil di kampung saya, padahal itu daerah yang cukup kuat sebenarnya, tapi untuk melaut angin kencang, kalaupun melaut dapat ikan siapa yang beli, karena daya beli msyarakat menurun luar biasa. Begitu juga kelapa sawit yang dibanggakan, harganya anjlok. Kan harus ada solusinya, jangan jadi presiden kalau hanya datang bagi-bagi beras lima kilogram," ujar Yusril.