REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proyek normalisasi kali dan waduk di Jakarta dinilai tidak maksimal. Padahal musim kemarau akan segera habis dan berganti musim penghujan.
Direktur Walhi Jakarta Puput Putra mengatakan pekerjaan normalisasi waduk dan kali tidak ada perencanaan yang matang. Menurutnya, ingga saat ini belum tuntas bahkan cenderung masih parah.
"Kalau kita melihatnya tidak ada perencanaan yang matang. Padahal sebelum pekerjaan ini harusnya sudah ada perencaan lebih matang terlebih dahulu," kata Puput saat dihubungi Republika, Selasa (15/9).
Apalagi, sebutnya, pekerjaan normalisasi harus melibatkan seluruh elemen masyarakat. Pemprov DKI tidak bisa bekerja sendirian untuk mengurusi waduk, sungai, hingga saluran drainase. Ia menyebut proyek yang selama ini dijalankan tidak maksimal. Dinas Tata Air sempat beralasan kurangnya alat berat dan operator jadi penghambat utama tidak berjalannya normalisasi dengan serius.
Ia justru mengaku heran dengan alasan tersebut. Menurutnya alasan yang dikemukakan tidak masuk akal. Menurutnya, anggaran untuk proyek sudah ada dan ditetapkan. Tapi pekerjaan tak kunjung dijalankan.
"Alat berat itu kan alasan yang aneh. Kalau begitu kasih kami anggaran kami yang kerjakan kalau alasannya seperti itu," ujarnya.
Kepala Dinas Tata Air Tri Djoko memastikan proyek normalisasi terus berjalan. Hingga kini sekitar 26 lokasi pekerjaan sudah selesai digarap. Ini meliputi saluran, waduk, kali, dan sungai. Sayangnya ia tidak bisa memastikan jumlah keseluruhan yang harus dikerjakan.
"Kalau kita persenkan nggak gampang. Tapi hingga kini ada 26 lokasi yang terdiri dari waduk, kali, dan saluran. Cuma banyak jumlahnya nggak bisa saya sebutkan," jelas Tri kepada Republika.