REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Kementerian ESDM, Muhammad Said Didu, mengaku pernah menerima teror sebelum terjadinya penembakan di kantor ESDM pada Kamis (10/9) siang. Dia mengatakan, teror tersebut datang sebulan lalu melalui pesan singkat dari nomor yang tak dikenal dan diterima lewat telepon genggamnya. Pesan singkat tersebut, kata Said Didu, berisi ancaman terhadap keluarganya.
"Ya, semacam ancaman pada keluarga, bicarakan juga soal kerja, bunyinya 'Sayangilah keluarga anda karena saya sedang mengikuti'," kata Said Didu di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (11/9) sore.
Meski demikian, Said Didu tak gentar terhadap ancaman tersebut. Sementara usai peristiwa penembakan kemarin, aktivitas kembali normal.
"Pak Menteri meminta kita waspada, tapi jangan takut. Tak ada perubahan semangat kerja termasuk perubahan kebijakan-kebijakan terkait migas termasuk memberantas mafia migas," tuturnya.
Peristiwa penembakan yang terjadi Kamis tepat pukul 12.00 WIB itu menyasar satu ruangan di lantai empat Kementerian ESDM di Jalan Rasuna Said Kuningan Jakarta. Diketahui ruangan tersebut merupakan ruang kerja dari staf khsusus Mentri ESDM Widyawan. Namun, saat kejadian berlangsung Widyawan pun tak berada di ruangannya.