Selasa 08 Sep 2015 14:10 WIB

Demam Batu Akik Berpengaruh pada Kerusakan Cycloop

 Seorang pedagang menunjukan batu akik di Pasar Batu, Sentani, Jayapura, Papua, Rabu (28/7).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Seorang pedagang menunjukan batu akik di Pasar Batu, Sentani, Jayapura, Papua, Rabu (28/7). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Dinas Kehutanan Provinsi Papua mengklaim demam dan trend batu akik yang sedang marak di kalangan masyarakat berpengaruh pada kerusakan kawasan cagar alam Cycloop yang berada di Kabupaten Jayapura. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Yan Yap Ormuseray, di Jayapura, Selasa, mengatakan dengan masuknya trend batu akik ini, banyak masyarakat yang mulai merambah masuk ke kawasan cagar alam pegunungan Cycloop dan ini sangat mengganggu.

"Untuk itu upaya yang dilakukan Dinas Kehutanan adalah melakukan sosialisasi dan memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa penambangan batu akik yang mereka lakukan, jangan sampai merusak lingkungan," katanya, Selasa (8/9).

Yan menuturkan selain akibat penggalian batu akik, kawasan Cycloop juga sudah mulai banyak yang dirambah oleh masyarakat untuk dibuat pemukiman, padahal wilayah tersebut merupakan cagar alam. "Sesuai dengan instruksi pusat pun, kami telah membentuk tim khusus untuk menanggulangi permasalahan yang melanda kawasan cagar alam atau hutan lindung seperti Cycloop," ujarnya.

Dia menjelaskan tim khusus ini bertujuan untuk menanggulangi masalah penebangan kayu secara liar di hutan Papua yang diberi nama Masyarakat Mitra Polisi Hutan (Polhut) atau akrab disebut MMT. "Dinas Kehutanan merancang partisipasi dari masyarakat agar bagaimana ikut bersama-sama dengan polhut untuk menjaga dan melindungi hutan," katanya lagi.

Dia menambahkan personel MMT diambil dari masyarakat adat setempat yang direkrut dan dibekali tentang tata cara menjaga serta melindungi hutan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement