Rabu 02 Sep 2015 23:40 WIB

Yayasan Al Kahfi Klaim Sering Diserang, dari JIL hingga Atheisme

Rep: C25/ Red: Ilham
atheis
atheis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu miring yang menimpa Yayasan Al Kahfi ternyata bukanlah yang pertama kali. Penasehat Yayasan Al Kahfi DKI Jakarta Samsul Ma'arif mengaku sudah beberapa kali yayasan itu diserang.

Samsul menuturkan, Yayasan Al Kahfi pernah juga diserang di media sosial twitter beberapa tahun. Kala itu, terbentuk opini kalau Yayasan Al Kahfi adalah bagian dari Jaringan Islam Liberal, yang menyebarkan paham JIL dan mengincar para pelajar sekolah. "Berita itu juga sempat ditayangkan di salah satu media Islam di Indonesia," katanya, Rabu (2/9).

Untuk mengklarifikasi berita miring yang dimuat hidayatullah.com, kata Samsul, Yayasan Al Lahfi diberikan hak jawab sebanyak dua lembar oleh media yang bersangkutan. Kemudian, sempat juga beredar kabar miring yang disebarkan melalui broadcast message, email dan facebook.

Setelah dilayangkan somasi, akhirnya dimuatlah permintaan maaf oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Jadebek, yang dimuat di salah satu koran nasional Indonesia, Kompas.

Samsul juga menjelaskan, English Centre pernah juga menyebarkan berita miring tentang Yayasan Al Kahfi, yang disusul permintaan maaf dari English Centre lewat website resmi mereka. Saat itu, terang Samsul, ketika ditelusuri asal muasal berita, mereka menerangkan kalau isu itu berasal dari alumni.

Terkait isu baru yang kembali menimpa Yayasan Al Kahfi, Samsul menegaskan kalau maaf akan selalu diterima kalau permintaan maaf sudah disampaikan oleh yang bersangkutan. "Kita sih selama sudah ada permintaan maaf, ya kita maafkan," terang Samul ketika ditemui pada Rabu (2/9), malam.

Sementara, Ketua Program Pelajar Jakarta Berkarakter, Dody Widjaya menuturkan sejumlah kerugian yang ditanggung Yayasan Al Kahfi akibat beredarnya isu miring. Mereka mengajarkan paham atheisme. Selain para donatur yang banyak melayangkan keluhan, ada juga sebagian yang langsung membatalkan sumbangannya.

Selain itu, telepon dari para Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan yang hendak mengklarifikasi juga terus berdatangan. "Banyak, donatur banyak komplain, ada juga yang batalin sumbangan, minimal ada terus pihak sekolah dan dinas yang telepon untuk kroscek," ujar Dody.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement