Senin 31 Aug 2015 05:56 WIB

Di Daerah Ini, Polri dan TNI AD Sering Bentrok Berujung Korban Tewas

Kepala Dinas Penerangan AD Brigjen Wuryanto.
Foto: Republika/Erik PP
Kepala Dinas Penerangan AD Brigjen Wuryanto.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bentrok antara prajurit TNI Aangkatan Darat (AD) kontra anggota kepolisian semakin sering terjadi. Belum selesai kasus pengeroyokan Pratu Rahman Paturahman dan Pratu Aspin Mallombasang yang menewaskan nama terakhir anggota Kostrad 433 Kariango tersebut, kali ini insiden terjadi di Polewali Mamasa (Polman).

Akibat kesalahpahaman, anggota Satuan Kompi B 721 Makkasau, Prada Yuliadi tertembak di perutnya hingga tewas di lokasi kejadian. Kebetulan, dua kejadian terakhir itu berada di wilayah Kodam VII/Wirabuana dan Polda Sulselbar.

Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Wuryanto menyatakan, konflik antara TNI dan Polri memang sering terjadi wilayah tersebut. Belum selesai kasus di Gowa, kali ini terjadi lagi di Polewali Mamasa. Dia pun menganalisis mengapa kasus bentrok dua satuan tersebut sering terjadi.

"Sering terjadi memang di Sulawesi Selatan dan Barat, kebetulan mungkin karakter orang sana cepat panas. Mudah sekali terpengaruh," ujar Wuryanto di Jakarta kepada Republika Online, Ahad (30/8). (Baca: Terlibat Keributan, Polisi Tembak Mati Prajurit TNI)

Menurut dia, antara TNI AD dan Polri sudah berkali-kali mencari solusi untuk mendamaikan pasukan di lapangan. Berkali-kali pula diadakan kegiatan bersama baik tingkat bawahan hingga pimpinan. Nyatanya, insiden perkelahian hingga berujung korban tewas masih terus terulang.

"Upaya yang dilakukan oleh para pimpinan satuan Kodam dan Polri itu sudah luar biasa. Kegiatan bersama selain kumpul dan olahraga bersama terus dilakukan, tetapi tetap saja ada oknum hingga peristiwa ini terjadi," kata Wuryanto.

Sebelumnya, Anggota Polres Polman menembak mati prajurit Satuan Kompi B 721 Makkasau, Prada Yuliadi. Insiden itu terjadi dalam arena balap motor di Sirkuit Permanen Sport Center di Kelurahan Pekkabata, Kecamatan Polewali, Polman, Sulawesi Selatan, Ahad (30/8). Peristiwa itu bermula ketika penonton yang ingin melihat balapan didorong anggota polisi yang sedang berjaga. Merasa terkena tongkat polisi, anggota TNI tersebut dan mengingatkan agar polisi bertindak sewajarnya.

Anggota yang terlibat perkelahian adalah anggota Kodim 1401/Majene atas nama Praka Laksmono dengan anggota Patmor Res Polman Bribda Ambo Siki. Karena hampir terjatuh ke parit, kata Wuryanto, Laksmono tak terima dan menghampiri polisi tersebut.

"Kejadian ini diawali dengan kesalahpahaman anggota Kodim Majene dengan anggota Polres pada saat menyaksikan balap motor di Majene, tepatnya jam 14.30 Wita. Kejadian ini sudah diselesaikan Kapolres AKBP Agoeng Adi Koerniawan dan Pasi Ops Kodim Majene Kapten Martini," ujar Wuryanto di Jakarta, Ahad (30/8) malam.

Ketika masalah sudah berakhir, lanjut dia, beberapa saat kemudian, tepatnya pukul 16.00 Wita, ada keributan kembali. Kesalahpahaman melibatkan anggota Kompi 721 yang berpakaian preman. Dari kejadian itu lah, kata dia, entah bagaimana kronologinya Prada Yuliadi tertembak dan meninggal seketika di lokasi. "Penembakan oleh anggoa Polres Polman mengakibatkan Prada Yuliadi meninggal dunia akibat tembakan di perut," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement