REPUBLIKA.CO.ID,NUSA DUA -- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan melakukan realokasi portofolio investasi untuk menyiasati perlambatan ekonomi global, khususnya Indonesia. Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Elvyn G Masassya mengatakan penyesuaian dilakukan karena kondisi pasar modal saat ini kurang gesit, meskipun diyakini hanya bersifat temporer.
"Realokasi portofolio investasi ini masih dalam rentangan (range) yang ditetapkan perusahaan," kata Elvyn dijumpai Republika di sela acara International Seminar on Social Security Reform di Nusa Dua, Bali, Rabu (19/8).
Elvyn memaparkan portofolio investasi perusahaan pada saham berkisar 18-22 persen, obligasi 42-46 persen, dan reksa dana 8-15 persen. Perusahaan akan mengurangi portofolio investasi saham menjadi di bawah 20 persen dan meningkatkan porsi obligasi.
Elvyn optimistis bahwa kondisi pasar modal disemester kedua ini kembali membaik dan relatif stabil, sehingga perusahaan akan masuk lagi dan meningkatkan portofolionya untuk jenis investasi saham. BPJS Ketenagakerjaan juga mengaji penempatan dana investasi di sektor properti. "Kami bisa mengalokasikan investasi untuk properti ini maksimal 30 persen dari portofolio," tambahnya.
Ada sembilan lokasi dimana BPJS Ketenagakerjaan akan membangun rumah susun sewa dengan harga tertinggi Rp 350 juta. Hingga 2016, perusahaan menargetkan pembangunan 80 ribu unit rumah, khususnya untuk pekerja. Rumah tersebut tak selalu dimiliki BPJS Ketenagakerjaan, melainkan juga bisa melalui penempatan dana di perbankan atau pembelian surat utang dari perusahaan swasta yang berinvestasi di sektor properti.