REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penyebab utama terjadinya kecelakaan pesawat Trigana Air nomor penerbangan IL 267 belum diketahui secara pasti. Namun, jika dilihat rutenya, yakni Sentani menuju Oksibil, kontur pegunungan yang harus dilewati oleh pesawat ini cukup menyulitkan.
Perjalanan udara ke Sentani menuju Oksibil memakan waktu sekitar satu jam. Di tengah perjalanan melintang bukit layaknya bukit barisan. Sebelum mencapai Oksibil, terdapat puncak bukit dengan ketinggian sekitar 10 ribu kaki. Sedangkan Oksibil sendiri letaknya berada 4 ribu kaki di atas permukaan laut.
"Kalau mau mendarat, pesawat baru turun setelah melewati puncak setinggi 10 ribu kaki," ujar pengamat penerbangan Jusman Syafii Djamal saat dihubungi ROL, Selasa (18/8).
Berdasarkan imbauan dari Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) jika ada deretan pegunungan dimana gunung yang selanjutnya lebih rendah, maka angin di daerah tersebut akan memutar. Inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan cuaca yang seketika di kawasan itu.
“Makanya dianjurkan terbang ke sana saat pagi, sebelum pukul 11.00 atau 12.00," kata mantan Menteri Perhubungan ini.
Selain itu, pilot pesawat yang terbang di Papua haruslah mereka yang benar-benar berpengalaman dan menguasai kawasan tersebut, terutama dalam hal membaca perilaku cuaca dan navigasi.
Pasalnya, wilayah Papua berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Pergerakan cuaca yang begitu cepat dan kontur pegunungan di sana cukup menyulitkan para penerbang.