REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT KALTENG -- Jumlah titik panas atau "hotspot" di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada Sabtu melonjak tajam sehingga harus diwaspadai karena sangat rawan kebakaran lahan.
"Jumlah hotspot di Kotim ada 40 titik. Yakni di Kecamatan Baamang 4 titik, Kotabesi 5 titik, Mentawa Baru Ketapang 4 titik, Mentaya Hilir Selatan 14 titik, Mentaya Hilir Utara 12 titik dan Mentaya Hulu 1 titik," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni di Sampit, Sabtu (8/8).
Jumlah titik panas pada hari ini merupakan yang tertinggi dalam sepekan terakhir. Ini harus menjadi perhatian serius karena mengindikasikan potensi kebakaran lahan di Kotim makin meningkat jika tidak diwaspadai dan dicegah.
Dibanding sehari sebelumnya, jumlah titik panas pada hari ini meningkat berkali-kali lipat. Jumlah titik panas pada Jumat terpantau hanya ada 14 titik. Sebarannya yakni Kotabesi dua titik, Mentawa Baru Ketapang satu titik, Mentaya Hilir selatan delapan titik dan Mentaya Hilir Utara tiga titik.
Sementara pada Kamis, sebaran titik panas juga terbanyak di kawasan Selatan. Titik panas terpantau sepuluh titik, yaitu di Kecamatan Mentaya Hilir Utara sebanyak tujuh titik, Mentaya Hilir Selatan dua titik dan Baamang satu titik.
Sedangkan jumlah titik panas pada Rabu, terpantau sebanyak 21 titik yaitu di Kecamatan Mentaya Hilir Utara sebanyak empat titik, Mentaya Hilir Selatan lima titik, Baamang tujuh titik dan Kotabesi lima titik.
Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini titik panas tetap didominasi di kawasan Selatan. Kawasan ini meliputi Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut. Sebagian besar kawasan yang dekat dengan laut ini merupakan lahan gambut sehingga mudah terbakar saat kemarau seperti sekarang.
Camat Teluk Sampit, Syamsurizal mengakui kawasan Selatan makin rawan kebakaran lahan. Penyebabnya, tidak turunnya hujan membuat tanah di kawasan itu sangat kering sehingga mudah terbakar.
"Di kawasan lain di Kotim, seperti di Sampit mungkin ada turun hujan, tapi di tempat kami ini tidak ada hujan. Makanya masyarakat sulit mendapatkan air dan mulai terjadi kebakaran lahan," kata Syamsurijal.