REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Setelah harga daging sempat stabil di angka Rp 80.000 per kilogram (kg), kini harga daging sapi kembali naik tinggi hingga mencapai Rp 125.000 per kg. Kenaikan ini dikarenakan akibat kelangkaan. Imbasnya, omzet pedagang daging sapi di Pasar Induk Rau menurun mencapai 20 persen.
Hamid (42), salah satu pedagang daging di Pasar Induk Rau, Kota Serang mengatakan, tingginya harga daging ini sempat terjadi menjelang lebaran dan bertahan hingga beberapa hari setelah lebaran. Namun, pascalebaran harga kembali stabil menjadi Rp 80.000 per kg.
“Turunnya harga daging sapi menjadi Rp 80.000 per kg hanya bertahan kurang dari dua minggu setelah lebaran. Saat ini sudah sekitar tiga hari harganya menjadi Rp 130.000 per kg,” ujar kata Hamid, Jumat (7/8). Menurut Hamid, kembali naiknya harga daging sapi, karena stok daging di Rumah Potong Hewan (RPH) sedikit.
“Imbasnya, karena tingginya harga daging membuat pembeli juga jadi sepi. Kalaupun ada biasanya pedagang makanan. Tapi untuk rumah tangga jauh berkurang hingga membuat omzet kami berkurang sekitar 20 persen,” ungkapnya.
Hamid yang juga mengancam akan melakukan aksi menuntut kestabilan harga kepada pemerintah. Karena menurutnya, harga daging sapi termasuk tidak stabil sejak ramadhan lalu. “Kita akan demo kalau tetap kaya gini, pedagang sepi,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Dinas Perindustri dan Perdagangan (Disperindag) Mashuri, memebenarkan mahalnya harga daging di pasaran. Ia juga mengatakan, pasokan menjadi Factor utama mahalnya harga daging.
“Memang pasokannya sedikit. Kita tidak bisa berbuat banyak, apalagi stok daging lokal juga belum bisa menutupi kebutuhan daging di banten,” ungkapnya.
Selain daging sapi, mashuri juga mengatakan komoditas pasar yang juga tengah mengalami kenaikan adalah daging ayam. Daging ayam saat ini mencapai Rp 38.000 per kilonya dari harga normal yang hanya Rp 25-27 ribu.