Rabu 05 Aug 2015 18:37 WIB

Aisyiyah Harus Berdiri di Garda Terdepan

 Danik Eka Rahmaningtyas
Foto: dok.pri
Danik Eka Rahmaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID,  MAKASSAR -- Mantan ketua umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Danik Eka Rahmaningtyas mengatakan, sebagai organisasi perempuan tertua di Indonesia, Aisyiyah  seharusnya mampu berdiri di garda terdepan dengan manajemen organisasi yang kuat, pendidikan politik yang sehat, hingga pemihakan pada isu-isu yang responsif gender di ranah publik.

Wakil Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini berharap Muktamar Seabad Aisyiyah yang digelar di Makassar, Sulawesi selatan itu tak hanya sekadar seremonial rutin organisasi semata. "Namun juga menjadi pemantik perubahan gerakan perempuan yang berkemajuan," ungkap Danik kepada ROL, Rabu (5/8).

Menurut dia, sudah banyak kiprah yang dilakukan Aisyiyah dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi bahkan kader-kadernya juga tidak sedikit yang berperan aktif di sektor publik dan pemerintah.

Danik menambahkan, sebelum masa kemerdekaan, organisasi perempuan diperuntukkan untuk pemberdayaan dan mendekatkan perempuan dengan isu-isu publik. Namun, tugas pascakemerdekaan, lanjut dia, organisasi perempuan jangan sampai menjadi ruang dikotomis berbasis gender. Budaya patriarkhal yang semakin mengakar kuat, "mengkamarkan" kembali perempuan yang ingin aktif di ruang publik.

"Harusnya bukan sekadar berbasis gender semata, namun bagaimana Aisyiyah mampu mengambil peran aktif di berbagai isu publik seperti politik-sosbud-ekonomi-hankam," tegas perempuan pertama yang pernah menjadi Ketua Umum IPM ini.

Danik mengatakan, PSI berharap muktamar Aisyiyah ini bisa melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang mampu menakhodai gerakan perempuan inklusif, sejalan dengan spirit Muhammadiyah: Islam berkemajuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement