REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembelian alutsista secara besar-besaran pada Renstra pertama (2009-2014) membawa dampak positif bagi kekuatan alutsista TNI. Peremajaan alutsista TNI AD, AL, dan AU membuat kekuatan militer Indonesia semakin disegani.
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu, mengacu hasil riset terbaru yang dibacanya, saat ini Indonesia berada di peringkat ke-12 dalam daftar kekuatan militer di seluruh dunia. Adapun, Indonesia menduduki urutan keenam dalam daftar negara di Asia Pasifik. Hal itu jelas menggembirakan. Pasalnya, Indonesia sebelumnya hanya menduduki peringkat ke-19.
Hanya saja, ia mengakui, kekuatan militer Indonesia tidak semata pada kecanggihan alutsista, melainkan juga sumber daya manusianya. "Man behind the gun. Ini bukan tentang alutsista saja," ujar Ryamizard dalam forum group discussion bertema 'Bela Negara' di Kemenhan, akhir pekan lalu.
Menurut mantan KSAD itu, kekuatan utama Indonesia terletak pada sikap bela negara dan wawasan kebangsaan rakyat Indonesia. Dengan jumlah penduduk 250 juta orang, tidak ada satu pun negara yang berani mengganggu Indonesia.
Kendati begitu, ia menyebut, modal kekuatan itu tidak semata banyaknya penduduk, melainkan daya yang kuat berupa siap membela negara. "100 juta saja kalau kita bangkit dan siap mati, tidak ada yang mampu melawan kita," ujar Ryamizard.
Menurut dia, ancaman bangsa ini lebih kepada munculnya ideologi baru yang merongrong kedaulatan Indonesia. Karena itu, ia melihat ancaman militer dari negara lain sangat kecil. Apalagi dari negara ASEAN, ia sangat yakin tidak akan ada peperangan, lantaran sudah terjalin komitmen untuk menyelesaikannya secara dialog.
"Jadi, ancaman nyata itu jelas untuk kita, teroris dan radikalisme. Itu ancaman di seluruh dnia. Separatis dan pemberontakan," kata Ryamizard. "Ancaman militer belum nyata, konflik terbuka atau konvensional kemungkinan kecil terjadi karena Indonesia berada dalam kawasan ASEAN," imbuhnya.
Hadir dalam acara itu, Gubernur Lemhannas Budi Susilo Soepandji, Sekjen Kemenhan Letjen Ediwan Prabowo, Kepala Badiklat Kemenhan Mayjen Hartind Asrin, dan pejabat militer maupun sipil, serta pimpinan ormas dan aktivis yang ikut peduli dengan bela negara.