Ahad 26 Jul 2015 10:53 WIB

Hiswana Migas Banyumas Tata Distribusi Elpiji 3 Kg

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Satya Festiani
 Karyawan menata elpiji kemasan 3 kilogram di salah satu agen pemasok di Jakarta, Senin (15/9). (Republika/Prayogi)
Karyawan menata elpiji kemasan 3 kilogram di salah satu agen pemasok di Jakarta, Senin (15/9). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Untuk memudahkan pengendalian harga elpiji 3 kg, Hiswana Migas Banyumas akan melakukan penataan distribusi. Berbagai langkah yang akan diambil antara lain dengan memperbanyak pangkalan elpiji di pedesaan, dan membatasi setiap pangkalan dengan hanya diizinkan mendapat pasokan elpiji 3 kg sebanyak 100 tabung per hari.

''Selama ini kita sering kesulitan mengendalikan harga di tingkat konsumen karena peran pengecer dalam penjualan elpiji 3 kg lebih besar. Padahal, kita hanya memiliki kewenangan pengaturan harga hanya sampai tingkat pangkalan, tidak bisa mengatur harga di tingkat pengecer. Karena itu, kita mengambil langkah untuk memperbanyak pangkalan elpji di pedesaan, sehingga distribusi menjadi lebih merata,'' jelas Koordinator Bidang Elpiji 3 Kilogram DPC Hiswana Migas Banyumas Jati Wibowo, Ahad (26/7).

Selain kebijakan tersebut, Jati juga menyebutkan, Hiswana Migas Banyumas juga telah mengambil kebijakan untuk membatasi setiap pangkalan hanya menjual elpiji 3 kg maksimal 50 persen dari jatah pasokan per hari yang mereka terima. Dengan kebijakan ini, maka bila satu pangkalan elpiji mendapat jatah pasokan 100 tabung per hari, maka gas yang boleh dijual ke pengecer maksimal hanya 50 tabung. ''50 tabung lainnya, wajib dijual langsung pada konsumen,'' tambahnya.

Jati Wibowo mengakui, saat kebijakan ini diambil Hiswana Migas, banyak pangkalan yang tadinya memiliki kuota pasokan sebanyak lebih dari 100 tabung merasa keberatan. Mereka menilai kebijakan tersebut, akan mengurangi keuntungan yang mereka terima.

Menyikapi keberatan ini, Hiswana Migas memberikan kelonggaran pada setiap pemilik pangkalan untuk memecah usaha distribusi elpijinya. ''Mereka yang keberatan, kita sarankan untuk membuka pangkalan baru untuk memecah kuota elpijinya agar tidak lebih dari seratus. Yang penting, pangkalan baru tersebut tidak menempati satu tempat yang sama. Harus ditempat lain,'' katanya.

Bahkan dia menyebutkan, bila di satu desa jumlah pangkalan elpiji 3 kg masih di bawah lima unit, mereka bisa membuka pangkalan tersebut di desa yang sama. ''Batasnya, maksimal hanya lima pangkalan di satu desa. Masyarakat yang ingin terjun ke bisnis elpiji menjadi pangkalan, juga kita izinkan. Yang penting, satu desa tidak lebih dari lima pangkalan,'' jelasnya.

Menyangkut penjualan elpiji 3 kg di jejaring toko modern maupun SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), Jati mengakui, status mereka berjualan elpiji adalah sebagai pengecer. Untuk itu, secara bertahap pihaknya juga akan mengurangi pasokan elpiji 3 kg ke tempat-tempat tersebut. ''Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa elpiji 3 kg adalah elpiji yang mendapat subsidi, sehingga mestinya tidak bisa dijual secara bebas sehingga siapa pun bisa membeli. Kesuali kalau menjual elpiji yang 12 kg, ya tidak ada masalah,'' katanya.

Sementara terkait pasokan elpiji 3 kg selama Ramadhan dan libur Lebaran lalu, Jati menyebutkan bahwa selama periode tersebut tidak terjadi persoalan kelangkaan elpiji. ''Kami bersyukur, selama Ramadhan dan Lebaran, relatif tidak ada masyarakat yang mengeluh kesulitan mendapatkan elpiji 3 kg,'' katanya,

Menurutnya, hal ini karena selama Ramadhan dan masa libur Lebaran,  dilakukan penambahan kuota pasokan sampai 450 persen dari kebutuhan normal. Dengan penambahan pasokan tersebut, maka pasokan elpiji 3 kg rata-rata mencapai 47.780 tabung per hari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement