Selasa 21 Jul 2015 15:24 WIB

Pengamat: Hindari Megawati, Jokowi tak Ingin Diintervensi Soal Reshuffle

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Esthi Maharani
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam acara Sekolah Partai Calon Kepala Daerah di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Ahad (28/6).
Foto: Republika/Wihdan H
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam acara Sekolah Partai Calon Kepala Daerah di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Ahad (28/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Universitas Indonesia Muhammad Budyatna menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah berupaya menghindari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Penilaian itu menurut Budyatna karena sejak Hari Raya Idul Fitri hingga sekarang, Jokowi belum tampak bersilaturrahim ke kediaman Megawati.

"Jelas Jokowi ingin menghindari Megawati," kata Budyatna saat dihubungi Republika, Selasa (21/7).

Budyatna memandang pilihan Jokowi merayakan Idul Fitri di Aceh dan Solo berkaitan dengan isu perombakan (reshuffle) kabinet yang kemungkinan akan dilakukan pascalebaran.

Budyatna mengatakan Jokowi menghindari Megawati karena tidak ingin diintervensi soal calon-calon menteri yang mesti diganti. Jokowi, imbuhnya, tidak mau lagi didikte para ketua umum partai sebagaimana saat Kabinet Kerja pertamakali dibentuk.

"Saat itu Jokowi mati kutu karena menteri pilihan masyarakat tidak ada yang digunakan. Yang ada menteri titipan Megawati dan Surya Paloh," ujarnya.

Pandangan bahwa Jokowi sengaja menghindari Megawati bukan tanpa alasan. Budyatna mengatakan belakangan ini kader-kader PDIP gencar menyuarakan reshuffle kabinet. Mereka bahkan menuntut Jokowi menambah jatah lima orang kader PDIP di kabinet.

"Memang dia (Jokowi) coba menghindar. Dia tidak mau didikte," katanya.

Pada bagian lain, Budyatna mengatakan sikap Jokowi untuk tidak bersilaturrahim ke kediaman Megawati merupakan upaya pembuktian ke publik bahwa dirinya bukan kader partai yang bisa didikte.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement