REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan jumlah pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) seiring dengan pelemahan ekonomi dapat diketahui setelah Hari Raya Idul Fitri 1436 hijriyah. Ketua Ketenagakerjaan DPN Apindo Hariyanto mengatakan, perlambatan ekonomi terasa terjadi di semua sektor usaha. Bahkan, kata dia, konsumsi barang konsumsi atau kebutuhan dasar ikut anjlok.
Otomatis kebutuhan barang yang bukan primer ikut turun. Meski belum ada jumlah pasti jumlah buruh yang terkena PHK akibat melemahnya ekonomi, ia mengakui sektor pekerjaan bidang tambang memang paling terpuruk. Termasuk perusahaan yang menghasilkan komoditi. Terutama perusahaan yang di Sumatra dan Kalimantan kan memang yang paling terpuruk. Namun, pihaknya tidak memiliki data pasti dan menghitung jumlah pekerja yang terkena PHK.
“Kita harus lihat (jumlah PHK buruh) setelah lebaran karena ini titik krusial,” ujarnya saat ditemui di acara pelincuran Laporan Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2014-2015 bertema 'Memperkuat Daya Saing dan Produktivitas Melalui Pekerjaan Layak', di Jakarta, Kamis (9/7).
Hariyanto menyebut titik kritis karena banyak pihak-pihak yang mengeluhkan daya beli masyarakat saat lebaran tahun ini sekuat biasanya dibandingkan sebelumnya. Otomatis, dia melanjutkan, akan terjadi penumpukan stok dan pengusaha akhirnya tidak bisa menambah persediaan lagi. Karena persediaan barang masih menumpuk, otomatis produsen setop produksi. Pekerja akhirnya menjadi korban.
“Karena produsen otomatis mengurangi jam kerja atau meliburkan pekerjanya sementara,” ujarnya.