REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Maskapai Singapore Airlines dengan nomor penerbangan SQ-221 diteror bom Warga Negara Indonesia, Ilham. Pelaku diringkus bersama tiga orang temannya di Perumahan Permata Medang, Cluster Barleria, Blok B1-B21, RT 02/016, Kelurahan Medang, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang.
Sayangnya, kondisi kediaman Ilham saat ini sepi. Tidak terlihat aktivitas di dalam kos-kosan bercat putih yang ditinggali mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Ilham bersama tiga temannya yang juga mahasiswa UMN tinggal di kos-kosan tersebut sejak setahun terakhir. Ilham merupakan mahasiswa UMN semester VIII Universitas Multi Media Nusantara jurusan Information and Communication Technology (ICT).
"Iya sudah setahun terakhir dia disini, tapi kalau tempat tinggal aslinya di Semarang," terang keamanan Cluster Barleria, Ali Jaya, di Tangerang, Rabu (8/7).
Jaya membenarkan penangkapan Ilham bersama tiga temannya itu pada Selasa (7/7) dini hari kemarin sekitar pukul 04.00 WIB. Ia menjelaskan, kepolisian datang ingin mengamakan Ilham akibat kasus pelanggaran hukum. "Tapi saya tidak tahu detailnya, saya hanya mengantarkan saja," kata Jaya.
Jaya mengatakan selama menjadi keamanan di perumahan tersebut, Ilham tak pernah berbuat hal yang terlihat mencurigakan. Lanjutnya, sehari-hari Ilham melakukan kegiatan rutin semisal kuliah dengan menggunakan motor atau mobil.
Saat ini, kata dia, Ilham juga diketahui sedang melakukan kegiatan magang di Jakarta. Ilham menurutnya, biasa terlihat berangkant padi dan baru kembali pada sore hari.
"Orangnya ramah suka nyapa orang-orang dan nggak ada yang aneh-aneh," terang Jaya.
Ilham meneror Singapore Airlines dengan ancaman bom pada 1 Juli lalu melalui akun media sosialnya. Ia memberi pesan kepada Singapore Airlines agar tidak melakukan penerbangan pada pesawat SQ-221 dengan rute penerbangan Singapura-Sydney.
Akibatnya, tiga maskapai tiga penerbangan mengalami delay lanataran harus menjalani inspeksi. Pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan keberadaan bom terhadap pesawat SQ-221 itu memakan waktu berjam-jam.