Selasa 07 Jul 2015 13:30 WIB

Debit Air di Bendung Rentang Turun Drastis

Rep: Lilis Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Bendung Rentang.
Foto: Cicicuitshare.blogspot
Bendung Rentang.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Debit air di bendung Rentang Kabupaten Majalengka, menurun drastis. Hal itu menyusul ketiadaan hujan dalam sebulan terakhir. Para petani dari sejumlah daerah pun berdatangan untuk meminta tambahan pasokan air.

’'(Minimnya) debit air di bendung Rentang tahun ini lebih parah dibandingkan tahun kemarin'' ujar seorang petugas di Bendung Rentang, Irdam, Selasa (7/7).

Irdam menyebutkan, selama ini, air dari bendung Rentang dialirkan melalui Saluran Irigasi (SI) Sindupraja dan SI Cipelang ke kedua wilayah tersebut. Untuk SI Sindupraja, pada Senin (6/7) pagi, debit airnya hanya tinggal 9,309 meter kubik per detik. Sedangkan untuk SI Cipelang, debitnya tinggal 6,996 meter kubik per detik.

 

Padahal, dalam kondisi normal, debit air yang mengalir melalui SI Sindupraja mencapai 29 - 30 meter kubik per detik. Sedangkan debit normal SI Cipelang bisa mencapai sekitar 25 meter kubik per detik.

 

Irdam menuturkan, penurunan debit bendung Rentang sangat berdampak pada pengairan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Pasalnya, areal pertanian di kedua daerah tersebut sangat bergantung dari pasokan air bendung Rentang.

 

Irdam mengatakan, para petani dari berbagai daerah berdatangan untuk meminta tambahan pasokan air. Namun, pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena debit air di bendung Rentang memang minim.

Selama ini, debit air di bendung tersebut sangat tergantung pada pasokan air dari hulu. Ketiadaan hujan di daerah hulu maupun di sekitar bendung Rentang membuat debit air di bendung tersebut terus menyusut.

 

Terpisah, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, menjelaskan, minimnya pasokan air dari bendung Rentang membuat para petani di berbagai daerah menjerit. Apalagi, hujan saat ini sudah jarang turun.

Sutatang menjelaskan, berdasarkan hasil pengamatannya, saat ini areal persawahan di berbagai daerah sudah mulai mengering. Dia memperkirakan, sedikitnya 40 persen areal tanaman padi di Kabupaten Indramayu bakal terancam puso.

''40 persen tanaman padi di Indramayu bisa terancam puso jika sampai akhir Juli nanti tidak ada hujan,'' ujar Sutatang.

 

Sutatang mengakui, Pemkab Indramayu telah menetapkan aturan gilir giring air untuk semua kecamatan. Tak hanya itu, para petani pun bisa menggunakan mesin pompa air untuk menyedot air dari saluran irigasi maupun sungai.

Namun, lanjut Sutatang, yang menjadi masalah saat ini adalah debit air dari Bendung Rentang di Kabupaten Majalengka terus menurun. Begitu pula dengan sungai-sungai juga mulai mengering.

''Kalau sungainya mengering, apanya yang mau disedot?'' kata Sutatang.

Sutatang mengatakan, saat ini, areal pertanian yang masih bisa memanfaatkan air dengan mesin pompa adalah daerah-daerah yang berada paling dekat dengan Bendung Rentang. Di antaranya Kecamatan Kertasemaya, Bangodua dan Tukdana.

Sedangkan daerah yang berada paling ujung dari saluran irigasi, sangat sulit untuk memperoleh air. Seperti misalnya, Kecamatan Kandanghaur, Losarang, Lohbener, Terisi, Cantigi dan Arahan.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, target tanam pada musim tanam gadu 2015 sekitar 110 ribu hektare. Dari jumlah tersebut, hingga akhir Juni, telah terealisasi sekitar 85 ribu hektare.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement