REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tim peneliti Dosen Fikom Universitas Islam Bandung (Unisba) bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) dan Bebas Rokok Bandung (BRB) melakukan penelitian terkait iklan rokok si wilayah sekolah. Dari hasil penelitian dan pemantauan, iklan rokok banyak yang teroasang di lingkungan sekolah.
"Satu sekolah di Kota Bandung bisa dikepung hingga delapan kios (penjual rokok dengan iklan rokok) dalam radius 100 meter," ungkap aggota tim monitoring, peneliti, sekaligus dosen Fikom Unisba, Rita Gani, Ahad (5/7) malam.
Rita mengatakan iklan rokok yang dipantau oleh timnya terbagi dalam tiga kategori, yaitu iklan luar griya berupa poster, spanduk, videotron dan lainnya, kemudian iklan pada tempat penjualan yang berupa spanduk hingga stiker di dalam warung, serta iklan promosi berupa diskon hingga pembelian berhadiah. Berdasarkan riset, lanjut Rita, penempatan iklan dan berbagai promosi rokok ditemukan di 94 persen dari 64 sekolah di Kota Bandung yang dipantau.
Rita menyatakan iklan pada tempat penjualan atau di dalam warung memiliki prosentase terbesar yaitu sebesar 88 persen. Sedangkan penempatan iklan luar griya ditemukan di 22 persen wilayah dari total sekolah di Kota Bandung. Selain itu, Rita juga mengatakan pihaknya menemukan bahwa 88 persen kios atau warung di Kota Bandung memiliki papan nama yang disponsori oleh rokok, sehingga di warung tersebut terpasang iklan rokok yang berdampingan dengan nama warung atau kios.
Salah satu temuan pemasangan iklan rokok di sekitar sekolah ialah iklan luar griya melalui videotron yang terpasang tepat di depan bangunan SMA di Jalan Setiabudi. Selain itu, ada pula sekolah dengan kategori kawasan bebas rokok di Jalan Pahlawan yang justru bangunannya berhadapan dengan warung rokok.
"Semakin sekolah berada di gang kecil, semakin banyak paparan iklan rokok," tambah Rita.
Keberadaan iklan rokok di dekat sekolah dapat berdampak buruk bagi anak sekolah. Pasalnya, dengan melihat iklan rokok setiap hari, terang Rita, otomatis iklan tersebut akan masuk ke dalam benak anak sekolah. Disamping itu, anak sekolah, khususnya usia 13-15 tahun, sangat mudah untuk dipengaruhi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahyani Raksanagara, mengapresiasi hasil riset mengenai iklan rokok di seputaran sekolah ini. Ahyani merasa prihatin dengan hasil temuan tersebut mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh rokok.
Ahyani mengatakan, meski Dinas Kesehatan tidak memiliki wewenang terkait iklan, hasil temuan dan penelitian mengenai iklan rokok ini dapat menjadi pijakan dalam membuat kebijakan. Untuk itu, Ahyani akan menggunakan hasil temuan iklan rokok ini sebagai bahan rapat di lintas SKPD. Melalui rapat tersebut, nantinya akan diupayakan jalan keluar terbaik terkait penempatan iklan rokok di Kota Bandung.
"Ini tugas kita bersama," tegas Ahyani.