Ahad 05 Jul 2015 20:54 WIB

Pansel Jamin Kerahasiaan Publik yang Kirim Rekam Jejak Capim

Rep: C14/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Pansel KPK Destry Damayanti (kiri) bersama Juru Bicara Pansel Betti Alisjahbana (kanan).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Pansel KPK Destry Damayanti (kiri) bersama Juru Bicara Pansel Betti Alisjahbana (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Panitia seleksi (Pansel) calon pimpinan (capim) KPK telah menjaring 194 nama yang lolos seleksi awal administratif. Menurut Ketua Pansel Destry Damayanti, masyarakat bisa memantau proses seleksi capim untuk tahap berikutnya secara mudah. Baik melalui surat dengan alamat Kementerian Sekretariat Negara di Jakarta maupun via laman capimkpk.setneg.go.id.

Lebih jauh, Destry menuturkan, pihaknya terus berupaya mendorong publik agar aktif berpartisipasi mengawasi rekam jejak seluruh capim. Di samping itu, lanjut Destry, jejaring media sosial dan pers juga berperan penting dalam menjaga KPK periode mendatang agar dipimpin orang-orang yang kompeten dan bersih.

 “Kami terus menimbulkan kesadaran di publik bahwa KPK ini milik kita bersama. Jadi, mari kita berpartisipasi untuk menegakkan kembali kewibawaan KPK. Untuk memberantas korupsi di Indonesia,” ucap Destry Damayanti, Ahad (5/7).

Sejauh ini, Destry menjelaskan, sudah banyak sumbang saran dan tanggapan yang dikirim masyarakat melalui situsnya. Di situs tersebut, ada tautan yang bersebelahan dengan setiap nama capim yang lolos seleksi. Dengan mengeklik tautan tersebut, masyarakat bisa mengirimkan data terkait rekam jejak si pemilik nama yang bersangkutan.

Destry lantas memastikan, kerahasiaan identitas pengirim data tersebut terjamin sepenuhnya. Sebab, hanya anggota Pansel yang bisa membuka database situs.

“Yang pasti, terjamin kerahasiaan pengirim. Sekaligus, kalau memang ada masukan yang berulang-ulang (dikirim), dengan kasus yang sama, berarti itu kan serius. Itu kita tindak lanjuti, untuk kemudian menjadi perhatian kita untuk proses tahap berikutnya,” tutur ekonom ini.

Destry mengungkapkan, pihaknya akan berhati-hati dalam membaca tanggapan yang masuk. Sebab, mungkin saja tanggapan ini berisi data yang tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. “Kan tidak cuma dari satu sumber. Mungkin sumber yang lain kan juga ada. Jadi kita enggak langsung percaya begitu saja. Sekarang ini juga banyak masukan-masukan. Ada yang positif, ada yang negatif,” tutup dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement