REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjalani uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) pada Rabu (1/7). Dalam pemaparan visi dan misinya di depan Komisi I DPR, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu mengatakan, Indonesia akan menghadapi berbagai sumber potensi konflik di masa depan yang sangat mungkin terjadi dan harus diperhatikan.
Pesatnya peningkatan penduduk dunia, lanjutnya, akan menimbulkan ketidakseimbangan demografi yang memunculkan konflik. Menurut dia, akan terjadi pergeseran latar belakang konflik di dunia di masa yang akan datang.
"Sisa cadangan energi yang terus menurun membuat semua negara bergantung pada energi pengganti," kata Gatot di ruang rapat Komisi I DPR, Jakarta, Rabu (1/7).
Gatot mengatakan, saat ini lebih 70 persen konflik berlatar belakang perebutan energi fosil. Di masa yang akan datang, lanjutnya, konflik akan bergeser pada perebutan energi hayati, pangan dan air. Hal tersebut, kata Gatot, merupakan salah satu bentuk ancaman global terhadap kedaulatan Indonesia karena Indonesia memiliki ketiga energi tersebut.
"Jika sekarang ada di Timur Tengah atau Arab Spring, ke depan bergeser ke negara kaya SDA, termasuk Indonesia. Ini sudah diingatkan Sukarno dulu bahwa kekakayaan Indonesia akan membuat iri negara besar dunia dan ditekankan lagi oleh Jokowi bahwa kekayaan SDA kita dapat menjadi bencana," jelas mantan panglima Kostrad tersebut.
Gatot menambahkan, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Adanya pangkalan militer negara lain yang dibangun di sekitar kawasan laut Indonesia, yakni pangkalan militer Cina di Laut Cina Selatan dan Pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin, Australia membuat Indonesia harus terus waspada.
Keberadaan pangkalan militer tersebut, kata Gatot merupakan bukti bahwa negara besar mulai melirik Indonesia yang dikenal kaya akan sumber daya alam "Selain itu, kondisi geopolitik Indonesia yang dikelilingi negara yang tergabung dalam five power defence arrangement (FPDA) serta berbatasan dengan tiga batas wilayah darat dengan negara tetangga (Malaysia, Papua Nugini dan Timlr Timur) juga dapat menjadi potensi konflik," kata Gatot.
Potensi konflik lain yang disinggung Gatot yakni kejahatan dunia maya atau cyber crime yang semakin kompleks. Kejahatan tersebut, lanjutnya, bukan hanya membahayakan militer namun juga seluruh aspek berbangsa dan bernegara.