Ahad 28 Jun 2015 14:20 WIB

Petani Mulai Khawatir Hadapi Kemarau

Rep: C10/ Red: Angga Indrawan
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan di Tanah Air.
Foto: Republika/Rakhmawati La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan di Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Memasuki masa peralihan musim penghujan ke kemarau, sawah terancam gagal panen. Di beberapa wilayah tadah hujan di Kota Tasikmalaya, para petani mulai cemas.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kota Tasikmalaya, Uyun mengatakan, dua pekan terakhir petani padi sudah mulai khawatir. Sebab rata-rata usia tanaman padi mereka sekitar 35 sampai 50 hari setelah tanam (hst).

"Usia tanaman rata-rata 50 hst artinya masa primordial, kalau tidak mendapatkan air yang cukup risikonya gagal panen," kata Uyun kepada Republika, Ahad (28/6).

Menurut Uyun, tentu para petani mulai khawatir menghadapi musim kemarau. Sebab risikonya gagal panen. Uyun menjelaskan, bersyukur di wilayah Kecamatan Kawalu dan Mangkubumi masih ada air dari sungai Cikunten. Sekali pun air dari atas tidak ada, masih ada air dari bawah.

Di Kecamatan Bungursari, Indihiang, Purbaratu juga dinilai relatif aman. Uyun menegaskan, biasanya yang berpotensi kekurangan air adalah wilayah Kecamatan Tamansari dan Cibeureum. Sebab dua wilayah tersebut merupakan wilayah tadah hujan.

Uyun mengatakan, untuk menghadapi musim kemarau petani membutuhkan pompa air. Salah satu solusi menghadapi kemarau, bisa dibuatkan sumur pantek di sekitar hamparan sawah. Kemudian disediakan pompanya.

Saat ini menurut Uyun wilayah tadah hujan di Kota Tasikmalaya belum mempunyai sumur pantek. Belum ada inisiatif ke arah sana. Padahal, kata dia, sumur pantek dibutuhkan di tempat yang rawan dan berpotensi kekeringan saja. Sementara untuk wilayah yang tidak terancam kekeringan tidak perlu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement