Jumat 26 Jun 2015 06:25 WIB

Kepala BNN: Jangan Kucilkan Pecandu Narkoba

 Anang Iskandar memberikan sambutannya saat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) langkah perlindungan anak terhadap bahaya narkoba di Gedung BNN, Jakarta, Senin (27/4).(Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Anang Iskandar memberikan sambutannya saat penandatanganan nota kesepahaman (MoU) langkah perlindungan anak terhadap bahaya narkoba di Gedung BNN, Jakarta, Senin (27/4).(Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Anang Iskandar meminta masyarakat agar tidak mengucilkan para penyalahguna Narkoba.

Anang menilai hingga saat ini, jika ada salah seorang anak melakukan penyalahgunaan Narkoba, maka ia akan dianggap aib bagi keluarganya. Ia pun kemudian dikucilkan.

Padahal, pengguna Narkoba seharusnya dirangkul oleh masyarakat, terutama keluarga agar bisa mendapatkan semangat untuk sembuh.

"Jangan biarkan korban merenung sendiri, melamun. Yakinlah bahwa penyalahguna bisa pulih," katanya.

Ia pun menegaskan bahwa upaya rehabilitasi pengguna narkoba tidak memakan biaya yang mahal. Karena upaya rehab bisa dilakukan oleh keluarga penyalahguna dengan menggunakan sarana ruangan kosong.

Sementara dalam pemulihannya, pengguna bisa diberikan berbagai terapi untuk memulihkan kondisi tubuhnya dari efek narkoba.

"Masukkan pengguna narkoba di ruang tertutup. Seminggu kemudian, akan terdetoks (tubuh pengguna) secara alami. Kemudian rehab dengan pendekatan agama, pendekatan psikologis, lama-lama dia akan menemukan semangat, beri dia aktifitas, dia akan sembuh," jelasnya.

Sementara dalam penanganan secara profesional, ia mengakui masih kurangnya fasilitas rehabilitasi di Indonesia. Saat ini, baru ada sekitar 300 RS di seluruh Tanah Air yang bisa menerima pecandu narkoba untuk direhabilitasi.

Selain itu, dalam segi kesiapan SDM juga masih kurang. "Dokter-dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di RS belum memiliki pengetahuan memadai tentang narkoba, adiksi.

"Kita harus siapkan SDM yang memadai untuk kepentingan rehabilitasi," ujarnya.

Kepala BNN juga menyoroti tentang upaya memerangi narkoba tidak hanya dengan menghukum berat para bandar narkoba, tetapi juga harus diiringi dengan memaksimalkan rehabilitasi penyalah guna. Namun kedua upaya itu, kata Anang, belum berjalan dengan baik di Indonesia.

Sebab di Indonesia, para penyalah guna malah dihukum pidana oleh penegak hukum. Padahal hal tersebut bertentangan dengan Pasal 4 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang menyebutkan bahwa adanya jaminan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika.

"Jadi apa mereka kalau tetap penjara? Bisa jadi malah mereka tetap menggunakan narkoba," tandasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement