Kamis 25 Jun 2015 13:24 WIB

Pemkab Bojonegoro Susun Strategi Antisipasi Gagal Panen

Rep: Sonia Fitri/ Red: Satya Festiani
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang/ca
Salah satu kawasan yang dilanda kekeringan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melakukan sejumlah upaya penyelamatan produksi pangan agar tidak gagal akibat kekeringan lahan. Berkoordinasi dengan pemerintah pusat, tengah dilakukan normalisasi atau pengerukan Waduk Pacal dan pembuatan Waduk Gonseng, mengatur pembagian air secara cermat, cepat dan tepat, sampai mengawal pembagian air dengan ketat.

“Selain itu, kami akan lakukan program pembuatan 1.000 embung dan menjamin kelancaran pendistribusian pupuk yang tepat sasaran,” kata Bupati Bojonegoro, H. Suyoto dalam rilis yang diterima Republika pada Kamis (25/6).

Dikatakannya, produksi padi di Bojonegoro setiap tahunnya mencapai satu juta ton dari total luas lahan sawah sebesar 77 ribu hektare. Sedangkan kebutuhan beras di Bojonegoro setiap tahunnya hanya sebesar 500 ribu ton. Artinya Bojonegoro bisa menyumbang produksi nasional sebesar 500 ribu ton per tahun. Karenanya, penyelamatan produksi pangan dari kekeringan menjadi penting.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut, produksi padi di Jawa Timur dalam dua bulan ke depan yakni sebanyak 500 ribu ton. Dengan produksi sebesar itu, kebutuhan beras aman dan tidak perlu impor.

Impor juga tidak ingin terjadi pada bawang merah yang sebelumnya direncanakan impor juga. "Tidak ada yang mati karena tidak makan bawang," katanya. Disebutkannya, produksi bawang hingga saat ini mencapai 200 ribu ton.

Diprediksi, kebutuhan sampai akhir dan sesudah lebaran diperlukan 90 ribu hingga 100 ribu ton. Artinya, stok bawang masih aman. "Saya sudah keliling mengecek dilapangan,  Alhamdulliah cukup, kita kunjungi 5 kabupaten lalu produksinya capai 200 ribu," tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement