Senin 22 Jun 2015 17:20 WIB

'Akun @Jokowi Bisa Antisipasi Kesalahan Komunikasi Presiden'

Rep: C14/ Red: Bayu Hermawan
Akun Twitter baru Jokowi
Akun Twitter baru Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kemarin (21/6) Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai mengaktifkan akun Twitter resminya, @Jokowi. Masyarakat Indonesia pengakses internet pun ramai membincangkannya sebagai salah satu manuver Presiden.

Menurut pakar komunikasi politik Universitas Brawijaya Anang Sudjoko, media Twitter membuat Presiden kian mudah dalam mengatur komunikasi dengan rakyat.

Ini lantaran Twitter memberi waktu luang bagi Presiden untuk memikirkan baik-baik jawaban ataupun prediksi mengenai respons publik terhadap pernyataan yang akan disampaikannya.

"Kemungkinan, media Twitter ini akan lebih memudahkan Jokowi me-manage komunikasinya," ujar Anang Sudjoko saat dihubungi, Senin (22/6).

Di sisi lain, lanjut dia, akun @Jokowi bisa saja dikelola oleh pihak tertentu yang telah ditunjuk oleh Presiden. Bahkan, kuat dugaan, ada Tim Komunikasi Presiden, yang antara lain diisi tokoh Teten Masduki, di balik akun tersebut.

Saya yakin, belum tentu Jokowi langsung yang mengelola akun Twitter itu. Bisa jadi, tim dari Jokowi atau Tim Komunikasi Jokowi itu sendiri,” ucap Anang.

Dengan demikian, akan terbentuk filter komunikasi yang menjembatani suara orisinal Presiden dengan khalayak netizen.

Anang menjelaskan, filter ini lantas memungkinkan Tim Komunikasi Presiden untuk lebih berfokus pada penyediaan data yang menunjang setiap tuit @Jokowi. Kemungkinan kedua, lanjut Anang, filter ini justru menampilkan suara Presiden yang telah dimodifikasi.

"Jadi, ini ada semacam distorsi yang memungkinkan terjadinya manipulasi gaya berkomunikasi. Sehingga suara @Jokowi belum tentu suara Jokowi apa adanya," jelasnya.

Bagaimanapun, Anang menyimpulkan, kedua kemungkinan tersebut bukanlah problem signifikan. Bahkan, @Jokowi dinilainya akan mengantisipasi kesalahan manajemen komunikasi Presiden.

Publik, kata Anang, tentu masih ingat bahwa tidak sedikit statement Presiden yang kurang populer atau bahkan mendapat cibiran luas. Misalnya, "bully" netizen terhadap pernyataan Presiden mengenai rancangan peraturan presiden (perpres) yang tidak sempat dibaca teliti sebelum ditandatangani. Demikian pula mengenai kekeliruan penyebutan tempat lahir Sukarno.

"(Akun @Jokowi) mengurangi dampak negatif ketika terjadi sebuah kesalahan manajemen komunikasi. Artinya, dengan Twitter ini kan manajemen komunikasi akan lebih terarah, terkontrol," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement