REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Minat perempuan untuk mendaftar sebagai Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Capim KPK) masih kecil. Dari total 182 pendaftar, hanya 11 orang dari kaum hawa.
Akademisi dari Universitas Indonesia (UI), Ani Soetjipto mengatakan, perempuan juga penting untuk duduk sebagai pimpinan KPK. Sebab, perempuan memiliki rasa kepedulian yang tinggi.
Rasa kepedulian tinggi yang dimiliki perempuan, kata Ani, bisa menjadi senjata dalam pemberantasan korupsi. "Bicara pemberantasan korupsi tidak melihat gender," ujarnya, di Kantor ICW, Jalan Kalibata Timur, Jakarta Selatan, Sabtu (20/6).
Menurut Ani, kompetensi dalam penegakan hukum penting menjadi penilaian dalam memilih Capim KPK. Namun, ketika duduk sebagai pimpinan antirasuah tersebut, maka jiwa petarung dalam pemberantasan korupsi harus juga menjadi pertimbangan.
Selain itu, seorang pimpinan KPK juga harus siap diintimidasi dan dikriminalisasi. Sebab, yang dihadapi merupakan relasi kekuasaan.
Sementara itu, Ketua PSI, Grace Natalia mengharapkan banyak perempuan yang ikut mendaftar sebagai Capim KPK. Grace menilai, keterwakilan perempuan baik di Parlemen maupun yang lainnya masih sangat minim. "Tapi rekam jejak perlu dilihat," kata Grace menambahkan.