Kamis 18 Jun 2015 17:04 WIB
Engeline Tewas

'Selain dengan Tangan, Margriet Juga Pukul Engeline dengan Bambu'

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Bayu Hermawan
Aksi 1.000 lilin untuk bocah perempuan, Angeline di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/6) malam.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Aksi 1.000 lilin untuk bocah perempuan, Angeline di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/6) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar mendatangkan tiga saksi baru, yang pernah tinggal dan bekerja di rumah Margriet Christina Megawe, ibu angkat Engeline.

Pendamping hukum P2TP2A Kota Denpasar, Siti Sapurah mengatakan tiga saksi yang dibawa ke Mapolda Bali terkait kasus penelantaran anak adalah Francky A Maringka, Yuliet Christien, dan Lorraine I Soriton yang berasal dari Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Ketika Engeline terlambat mengerjakan sesuatu, dia (Margriet) akan memukulnya. Bukan pakai tangan, tapi kayu bambu," kata Siti di Mapolda Bali, Kamis (18/6).

Siti melanjutkan, Magriet selalu beralasan ia memukul Engeline Margriet Megawe (Angeline) karena anak angkatnya itu nakal. Padahal, kenakalannya itu sebatas tidak mendengar panggilan ibunya. Para saksi sudah mengingatkan Margriet untuk berhenti mengasari anaknya, namun Margriet meminta mereka jangan ikut campur.

"Dia (Margriet) bilang, jangan ikut campur. Anak ini sudah saya kasih makan dan hidup. Dia harus kerja, kerja," ujarnya.

Sementara saksi Lorraine mengaku bahwa dia sangat mengenal Margriet karena berasal dari kampung yang sama. Pada Oktober 2014, Margriet pernah menghubungi Lorraine mencarikannya pembantu laki-laki untuk menjaga ayam-ayam ternaknya.

Lorraine kemudian menawarkan seorang pria bernama Arnol dan membawanya ke Bali, tepatnya ke rumah Margriet di Jalan Sedap Malam No. 26, Sanur. Selama beberapa bulan seterusnya Lorraine dan Arnol tinggal di rumah itu. Akan tetapi, setelah Lorraine kembali lagi ke Balikpapan, tepatnya satu bulan kemudian, Arnol berhenti bekerja dan pulang lagi ke Kalimantan.

"Alasannya dia tidak betah karena sering dicaci (Margriet)," kata Lorraine.

Lorraine kemudian mengajak anak dan menantunya, Yuliet dan Francky yang sedang berada di Sidoarjo, Jawa Timur untuk datang ke Bali dan dari Bali bersama mereka pulang ke Kalimantan. Ketiganya bekerja di sana sepanjang Desember 2014-Maret 2015, seperti membersihkan rumah, halaman, kandang, sembari mengasuh Engeline.

Ketiganya kerap melihat Angeline yang saat ini berumur tujuh tahun untuk mengerjakan berbagai jenis pekerjaan, mulai dari menyapu, mengepel, memberi makan ayam. Ketiganya pun mengaku terkejut mendengar berita kematian Engeline yang dibunuh dan dikubur di halaman belakang rumahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement