Rabu 17 Jun 2015 20:05 WIB

Indonesia Ditengah Ancaman Proxy War

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Muhammad Hafil
Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
Foto: Antara/Agus Trimukti
Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya dalam 28 tahun mendatang, saat cadangan energi mulai menipis sementara populasi penduduk dunia terus bertambah, potensi konflik di dunia akan bergeser ke wilayah-wilayah di sekitar ekuator/khatulistiwa. Inilah yang menjadi ancaman nyata bagi Indonesia pada masa mendatang.

 

Hal ini disampaikan Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, saat menggelar acara 'Bincang-bincang dengan Pemprov DKI Jakarta, Kodam Jaya, Polda Metro Jaya, Pemda Bekasi, Depok dan Tangerang' di Gedung Lemhanas, Jakarta Pusat, Rabu (17/6).

Menurutnya, semakin menipisnya sumber energi, terutama energi fosil, dan belum ditemukan energi pengganti mendorong negara-negara, yang rata-rata berada di luar wilayah ekuator, akan mencari sumber energi di negara-negara lain, terutama di wilayah khatulistiwa yang disinari sinar matahari sepanjang tahun dan cenderung subur.

Indonesia sebagai negara besar dengan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada dan dengan kekayaan laut yang banyak, serta tanah yang subur akan mendorong bangsa-bangsa asing untuk bisa menguasai Indonesia. Hal ini lantaran desakan pertumbuhan penduduk yang begitu cepat dan upaya pemenuhan energi bagi penduduk negara-negara tersebut.

''Saat ini sekitar 70% konflik di dunia berlatar belakang energi. Perang yang tadinya karena energi minyak bumi akan beralih ke pangan dan air sebagai sumber energi. Hanya wilayah-wilayah di ekuator seperti, Indonesia, negara-negara di Afrika Tengah dan di Amerika Latin, yang cocok untuk sumber energi hayati dan memiliki sumber air dan pangan ke depan,'' ungkap Gatot dalam penjelasannya.

Lebih lanjut, mantan Pangkostrad itu menyebut, pertumbuhan populasi penduduk pun begitu cepat. Berdasarkan data yang diperoleh, penduduk di dunia pada 1800 hanya berjumlah 1 miliar. Kemudian 130 tahun diprediksi bertambah menjadi 1 Miliar. Namun, perhitungan itu meleset.

Dalam 30 tahun jumlah penduduk dunia sudah jadi 3 miliar. Bahkan, hanya butuh 15 tahun untuk mencapai angka 4 miliar. Kemudian pada 2011 jumlahnya naik menjadi 7 miliar. Dari hasil penghitungan, diprediksi pada 2043 mendatang jumlah penduduk mencapai 12,3 miliar dimana 9,8 miliar berada di non ekuator.

Sementara berdasarkan data dari OPEC, cadangan energi fosil tidak akan bertahan lama. ''Kalau dari sekarang maka tidak lama lagi, atau sekitar 28 tahun lagi energi akan habis. Ini yang dihadapi anak cucu bangsa,'' ujarnya.

Untuk itu, berbagai cara dilakukan pihak asing untuk bisa menguasai Indonesia. Salah satu cara yang paling sering ditempuh pihak-pihak tersebut adalah melalui proxy war, yaitu perang di mana salah satu pihak menggunakan pihak ketiga. Sehingga sulit untuk membedakan lawan dan kawan. Tidak hanya itu, perang jenis ini lebih bersifat menyerang sendi-sendi bernegara dan masyarakat.

Proxy war ini, jelas Gatot, bisa berbentuk mulai dari pembentukan opini, menciptakan rekayasa sosial, perubahan budaya, adu domba TNI-Polri, pecah belah partai, tawuran dan penyelundupan narkoba, ''Semua itu sudah bisa dirasakan, jika rakyat sudah lemah maka akan mudah menguasainya,'' kata Gatot.

Dalam upaya membendung proxy war ini, perlu adanya kontribusi dari berbagai pihak. Penerapan dan penghayatan Pancasila serta menggalakan lagi semangat Gotong Royong menjadi hal yang sangat penting. ''Di sinilah peran abdi negara sangat menentukan. Sebetulnya untuk mengalahkan proxy war negara kita sudah memiliki semuanya, yakni Pancasila dan semangat gotong royong,'' ujar Gatot.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement