Rabu 17 Jun 2015 15:55 WIB

Menkes Beri Penghargaan Tim Penanganan Korban Air Asia

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ilham
  Menkes Nila Farid Moeleok (kiri) dan Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan Purnawan Basundoro (kanan) saat konferensi pers terkait Program Indonesia Sehat di Kantor Kemenkes Jakarta, Rabu (5/11). (Antara/Andika Wahyu)
Menkes Nila Farid Moeleok (kiri) dan Direktur Hukum, Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Kesehatan Purnawan Basundoro (kanan) saat konferensi pers terkait Program Indonesia Sehat di Kantor Kemenkes Jakarta, Rabu (5/11). (Antara/Andika Wahyu)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek memberikan penghargaan kepada sejumlah pihak yang terlibat dalam upaya identifikasi korban jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501. Mereka yang diberi penghargaan adalah Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anas Yusuf, Kadinkes Jawa Timur Harsono, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan Ketua Tim Disaster Victim Identifikation (DVI) Polda Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Nila menyampaikan, upaya penanggulangan krisis pada kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 mendapat apresiasi dari berbagai pihak, baik nasional maupun internasional. Di tengah derasnya perhatian itu, Nila menggarisbawahi pentingnya peran koordinasi antar instansi. Sebab, tanpa koordinasi yang solid, proses evakuasi dan identifikasi tidak akan berjalan maksimal.

“Sekali lagi saya sampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bekerja keras dalam rangka penanggulangan krisis pascainsiden Air Asia QZ8501,” ujar Nila di Mapolda Jawa Timur di Surabaya, tempat dilangsungkannya acara.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Tim DVI Polda Jawa Timur, Kombes Budiyono berbagi pengalamannya selama berlangsungnya proses identifikasi korban. Dalam melaksanakan tugas, tim berpedoman pada instrumen DVI kepolisian internasional atau interpol. “Hal ini agar hasil identifikasi dapat dipertanggungjawabkan di mata hukum internasional. Sebab, beberapa penumpang pesawat merupakan orang asing,” tutur Budiyono.

Budiyono melaporkan, personel yang terlibat saat itu tercatat sekitar 160 orang. Mereka merupakan gabungan dari TNI, Polri, serta tenaga ahli dari luar negeri yang berinisiatif membantu proses identifikasi. Banyaknya sumber daya manusia (SDM) yang terlibat menuntut pengaturan soliditas tim. “Syukurlah, soliditas tim tetap terjaga hingga akhir masa identifikasi,” ikata dia.

Hingga akhir operasi pencarian, menurut Budiyono, tim DVI berhasil mengidentifikasi 115 dari total 116 tubuh/bagian tubuh yang ditemukan. Air Asia QZ8501 sendiri tercatat mengangkut 155 penumpang plus tujuh awak pesawat.

Sementara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, saat kejadian hilang kontak, Pemkot Surabaya bergerak cepat menelusuri kejelasan administrasi kependudukan para korban. Hal itu, menurut Risma, cukup membantu kinerja tim DVI untuk mencocokkan DNA dengan keluarga korban.

Terkait asuransi dan hak ahli waris korban, Risma menyampaikan, hingga kini Pemkot Surabaya masih terus melakukan pemantauan. Dari 82 korban yang berasal dari Surabaya, baru separuhnya yang menerima klaim asuransi.

Kendala yang dihadapi adalah penentuan ahli waris yang saat ini tengah ditangani pengadilan. “Ya kita tunggu saja karena memang prosesnya tidak sederhana. Tragedi Adam Air saja dulu butuh waktu dua tahun sampai proses ahli waris dan asuransinya beres. Yang pasti kami sudah bersurat kepada OJK dan pengadilan terkait hal ini,” ujar Risma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement