REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo secara resmi telah mengajukan nama Letjen (purn) TNI, Sutiyoso, sebagai Kepala BIN (Badan Intelijen Negara) yang baru. Namun, sejumlah pro-kontra mengiringi pengajuan nama mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Salah satunya adalah Sutiyoso bukan berasal dari internal BIN sendiri.
Direktur Imparsial, Al Araf, mengaku sedikit menyesalkan keputusan Presiden Joko Widodo yang memilih calon Kepala BIN yang berasal dari luar BIN. Akan lebih baik jika calon KaBIN berasal dari internal.
Menurutnya, intelijen itu merupakan aset yang penting. Harus ada reward dan punishment yang baik. Jika dia mendapatkan kinerja yang baik, maka agen itu bisa mendapat promosi dan akhirnya menduduki jabatan sebagai Kepala BIN.
''Tapi faktanya, Presiden kan tidak memilih cara ini. Kekhawatirannya, hal itu akan mengganggu roda regenerasi dan reorganisasi intelijen,'' kata Al Araf dalam Diskusi Publik soal Pemilihan Sutiyoso sebagai Kepala BIN di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (15/6).
Al Araf menyebut, tantangan yang dihadapi Sutiyoso adalah konsolidasi internal dalam BIN sendiri. Ia memprediksi hal tersebut akan membutuhkan waktu yang cukup lama.