REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, segera menata keberadaan ratusan pedagang batu akik yang semakin hari terus menjamur di kota ini.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Mataram Wartan di Mataram, Rabu, mengatakan "demam" batu akik sekarang berdampak pada munculnya "pasar kaget" pada sejumlah titik di Kota Mataram.
Salah satunya di depan Taman Mayure, Kecamatan Cakranegara, yang kondisinya saat ini cukup mengkhawatirkan. Setiap hari jumlahnya semakin bertambah.
Pertumbuhan pedagang itu tentu sangat bagus dalam upaya peningkatan usaha dan ekonomi masyarakat kota. Namun, para pedagang harus segera ditata karena mereka menggunakan trotoar yang sedianya digunakan pejalan kaki.
"Kita tidak ingin para pedagang batu akik ini dianggap mengambil hak pejalan kaki," katanya.
Selain itu, keberadaan pedagang batu akik di ruas jalan utama itu dapat mengganggu arus lalu lintas. Masyarakat yang berkunjung memarkir kendaraannya di pinggir jalan yang tentunya semakin mempersempit ruas Jalan Selaparang.
Padahal, kata Wartan, sebelum itu pihaknya sudah melakukan penataan kepada pedagang akik di depan Taman Mayure ke lantai dua Pasar Cakranegara, sehingga keberadaan mereka terpusat di sana.
"Setelah kita relokasi pedagang akik sebelumnya, muncul lagi pedagang akik baru menjajakan batu akik di kawasan tersebut," ujar Wartan.
Untuk melakukan penataan tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan Camat Cakraegara agar melakukan pendataan terhadap para pedagang batu akik dan dicarikan solusi lokasi yang strategis namun tidak mengganggu kepentingan masyarakat lainnya.