REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pendopo Wali Kota Bandung di Alun-alun Kota Bandung terlihat berbeda pada Rabu (10/6). Di pendopo tersebut, lima pasang pengantin baru penyandang disabilitas meresmikan hubungan mereka dan menjadi pasangan suami istri.
"Senang dan bahagia," ujar salah satu pengantin baru, Atep (30) dan Ani (31), dengan sumringah di Pendopo Wali Kota Bandung, Rabu (10/6).
Atep mengisahkan keduanya bertemu pada 17 Januari lalu di Semarang. Setelah berkenalan dan dekat selama lima bulan, keduanya kemudian memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan.
Atep dan Ani yang merupakan penyandang tuna netra kini bisa menyambut dan melewati bulan suci Ramadhan bersama-sama di kediaman Atep. "Kami senang ada yang memfasilitasi pernikahan kami," tambah Atep.
Para pasanan suami istri tersebut mendapatkan beragam fasilitas seperti baju pengantin hingga riasan. Selain itu, kelima pasang pengantin tersebut juga mendapatkan seserahan dan juga uang tunai. Panitia penyelenggara juga tak lupa membekali para pasangan tersebut dengan pakaian baru hingga sembako serta fasilitas menginap di hotel. Kelima pasang pengantin baru tersebut juga berkesempatan untuk diarak dengan menggunakan VW Safari mengelilingi Pendopo Wali Kota Bandung.
Ketua Panitia Tetap Komunitas Mimbar Dhuafa mengatakan, Atep dan Ani merupakan pasangan yang benar-benar baru menikah dan melangsungkan ijab kabul sedangkan empat pasangan lain sudah menikah secara agama dan hanya diisbatkan pada Rabu ini agar terdaftar di pemerintah. Empat pasang pengantin yang merayakan pernikahannya di Pendopo Ridwan Kamil merupakan penyandang tuna netra dan satu pasang pengantin baru lainnya berasal dari kalangan tidak mampu. Kelima pasangan tersebut tidak dipungut biaya sepeser pun dalam melangsungkan pesta pernikahannya.
Adjie mengatakan, dana yang digunakan untuk memfasilitasi pernikahan kelima pasangan suami istri tersebut berasal dari para donatur sekaligus panitia yang kebanyakan berasal dari kalangan pengusaha. Kumpulan panitia yang rutin mengadakan acara serupa tiap tahun ini juga tidak terikat dalam bentuk yayasan. Dengan begitu, Adjie menyatakan perkumpulan mereka menjadi lebih fleksibel dalam bergerak.
"Untk bantuan berupa uang terkumpul hingga Rp 100 juta, sisanya bantuan perlengkapan seperti sound system, rias pengantin hingga hiburan," kata Adjie.
Selain membantu lima pasang pengantin dalam meresmikan hubungannya, Komunitas Mimbar Dhuafa juga menyalurkan bantuan kepada 750 kaum dhuafa. Bantuan yang diberikan kepada kaum dhuafa tersebut meliputi pelayanan kesehatan gratis dan bantuan lainnya. Ada tujuh dokter umum dan 17 mahasiswa kedokteran Unpad yang turut membantu para kaum dhuafa memeriksa kodisi kesehatanya di Pendopo wali kota Bandung.
Adjie menyatakan pihaknya dan semua yang terlibat menyelenggarakan kegiatan rutin ini dengan tidak mengharapkan apa-apa. Ia menyatakan Komunitas Mimbar Dhuafa dan juga Komunitas Shafari hanya tergerak untuk memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu agar dapat meringankan beban mereka. "//Lillahi Taala//, dapat uang langsng disumbangkan ke dhuafa," tukas Adjie.
Ia menyatakan dalam mencari data masyarakat tidak mampu, pihaknya tidak menggunakan data dari pemerintahan. Ia dan timnya yang berjumlah sekitar 30 orang melakukan survey sendiri ke tiap daerah. Dari surveei yang dilakukan selama lima hari tersebut, akhirnya pihak penyelenggara dapat membidik pihak mana saja yang tepat untuk diberikan bantuan.