REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Mergana menilai, permasalahan Jokowi yang salah menyebutkan tempat lahir Presiden RI pertama Sukarno layak dihentikan pembahasannya karena ada yang berusaha memanfaatkannya untuk kepentingan politis.
“Salah sebut tempat lahir Sukarno tidak perlu diperpanjang, toh sudah ada konfirmasi yang dilakukan oleh timnya,” kata Sri kepada ROL, Ahad (7/6).
Menurutnya, hal tersebut tidak terlalu penting karena memang masih ada beberapa literatur yang belum direvisi atau diperbaharui kembali.
Lebih lanjut ia menjelaskan, terkait dengan hal tersebut yang perlu diperhatikan adalah masih adanya orang yang memiliki perbedaan kepentingan. Menurutnya, ada beberapa orang ingin mengambil manfaat dari sedikit kesalahan yang dilakukan oleh tim Jokowi.
“Saya pikir disini mungkin ada yang mau memanfatkan keadaan, seperti ingin menjelek-jelekkan Jokowi. Harusnya jangan seperti itu, kesaksian Sukarno kan sudah jelas dalam otobiografinya” ungkap Sri.
Ia menambahkan, permasalahan tersebut hanya perlu kembali kepada kesaksian Sukarno dalam otobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams berjudul buku Penjambung Lidah Rakyat. Selain itu, menurutnya ada buku juga yang bisa dijadikan literatur pasti, yaitu karangan Bernard Dahm dengan judul Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan.
Menurut Sri, kedua buku tersebut sudah menjadi kesaksian jelas mengenai tempat lahir Soekarno yang menyebutkan di Surabaya. “Karena beliau bersedia diwawancarai langsung oleh Cindy Adams. Dia cukup cerita lalu yang menulis Cindy Adams,” jelas Sri.