REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM- Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Nusa Tenggara Barat meminta agar rencana impor bawang dan cabai jelang ramadhan tidak berlebihan. Hal itu dilakukan agar tidak merugikan para petani.
"Harapan kita, jika impor dilakukan jangan terlalu berlebihan yang nantinya merugikan para petani," ujar Kepala Disperindag, Husni Fahri kepada wartawan di Kota Mataram, Jumat (5/6).
Ia menuturkan, kondisi jumlah bawang dan cabai di NTB sendiri terbilang surplus. Namun, tidak merata sepanjang tahun. Dirinya menjelaskan, impor bawang dan cabai memungkinkan untuk masuk ke NTB.
Menurutnya, total produksi bawang sepanjang tahun mencapai 76 ribu ton. Sementara kebutuhan penggunaan bawang mencapai 40-45 ribu ton. Sehingga, bisa dikatakan surplus.
Namun, ia menuturkan, produksi bawang yang surplus tidak hanya dipasarkan ke pasar di NTB. Namun, keluar daerah. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan produksi bawang sepanjang tahun.
Husni menambahkan harga bawang tinggi terjadi di bulan Januari dan Februari. Sebab, kondisi saat itu petani menanam di musim hujan yang mengakibatkan harga menjadi naik.
Dirinya pun mengatakan resi gudang menjadi solusi ketika harga bawang rendah. Sehingga ketika harga bawang naik maka bisa langsung dijual. Namun, diperlukan jaminan mutu ketika memakai resi gudang.