Kamis 04 Jun 2015 11:52 WIB

Jelang Puasa, Mataram Antisipasi Gepeng

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Dwi Murdaningsih
Gelandangan dan pengemis.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Gelandangan dan pengemis. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3KB), Provinsi Nusa Tenggara Barat mengungkapkan banyak gelandangan dan pengemis berkeliaran jelang bulan puasa. Dimana, mayoritasnya masih berusia anak-anak.

"Biasanya pada saat Ramadhan, anak-anak keluyuran meminta-minta itu sering terjadi," ujar Kepala BP3KB, Wismaningsih kepada wartawan di Kota Mataram, Kamis (4/6).

Ia menuturkan, rata-rata anak-anak yang meminta-minta banyak ke rumah-rumah secara bergerombol. Bahkan, dalam satu hari di satu rumah, anak-anak yang meminta bisa mencapai 3 sampai 4 kali.

Menurutnya, uang hasil meminta-minta pun banyak digunakan anak-anak tersebut untuk membeli petasan dan barang-barang yang cenderung negatif. Dirinya pun mengakui tidak mudah mengatasi permasalahan gepeng. Wismaningsih menghimbau kepada orang tua tidak memanfaatkan anaknya untuk meminta-minta. Sebab, itu sudah dikategorikan sebagai tindakan kekerasan terhadap anak.

"Orang tua yang memberikan kesempatan anak mencari uang adalah bentuk kekerasan terhadap anak. Itu dilarang," ungkapnya.

Menurutnya, lebih baik orang tua mengarahkan anak-anaknya untuk beribadah di bulan Ramadhan. Ataupun dilibatkan di pondok-pondok pesantren. Ia menuturkan, adanya bantuan untuk orang miskin sehaursnya mampu menutup celah bagi masyarakat miskin untuk meminta-minta.

Dirinya pun menambahkan kepada orang tua untuk mengawasi anak-anaknya pada saat memasuki musim liburan. Sebab, liburan yang panjang berpotensi adanya kekerasan terhadap anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement