REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Penangan lahan kritis di Provinsi Jabar mendapat dukungan dari pemerintah pusat melalui program quick wins. Melalui program itu, diharapkan akan terjadi pengurangan lahan kritis yang hingga kini masih mencapai 324.966, 28 hektare.
Luas lahan kritis 324.966,28 hektare itu meliputi lahan sangat kritis seluas 40.952,15 ha dan kritis 302.014,13 ha. Untuk merehabilitasi lahan kritis tersebut, pemerintah melakukan pengendalian dan rehabilitasi lahan kritis (PRLK) yang merupakan bagian dari sistem pengelolaan lahan.
PRLK ini, kata Kepala Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dodi Susanto, ditempatkan pada kerangka daerah aliran sungai (DAS).
Karena saat ini, kata dia, lahan kritis tidak bisa lagi dijadikan sebagai tempat menyimpan air. Juga tidak bisa menjadi media tumbuh sehingga tidak produktif untuk tanaman.
“Maka lahan kritis perlu direhabilitasi. Bila sudah sangat rusak, perlu pengolahaan khusus agar kondisi tanahnya bisa kembali stabil,” kata dia, Kamis (28/5).
Dikatakan Dodi, rehabilitasi hutan dan lahan DAS Citarum merupakan salah satu prioritas pemerintah pusat dalam program penanganan 15 DAS nasional. Harapannya, DAS yang berada di hulu, tengah, maupun hilir bisa terjaga kondisinya.
“Penanganan DAS dan lahan kritis merupakan bentuk sinergi kerja sama pemulihan DAS dan kualitas kawasan dan luar kawasan, khususnya di DAS Citarum Sub DAS Ciminyak dan Cihaur,” ujar Dodi.
Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan di 9 kecamatan dan 56 desa di Kabupaten Bandung Barat ini merupakan penggabungan pola pertanian dan kehutanan seluas 2.000 hektar. Selain itu, ada juga kegiatan sipil teknis pembangunan dam penahan 25 unit, gully plug 150 unit, dan sumur resapan air
Dikatakan Djati Witjaksono dari Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DAS, Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan, sumur-sumur resapan akan dibuat pada daerah Sub DAS Ciminyak dan Cihaur Kecamatan Batujajar. Sumur tersebut merupakan beberapa dari ribuan sumur resapan air yang akan dibuat di daerah lahan kritis maupun daerah aliran sungai di sejumlah titik di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB).
“Sumur-sumur tersebut disiapkan sebagai antisipasi mengurangi limpasan air hujan dan resapan air ke dalam tanah. Sumur resapan ini juga untuk cadangan air saat kemarau,” katanya.