Senin 25 May 2015 02:03 WIB

Warga Gunung Halu Keluhkan Biaya Sekolah

Rep: C12/ Red: Yudha Manggala P Putra
Gedung Sekolah
Gedung Sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGHALU -- Sejumlah warga di Desa Celak, Kecamatan Gunung Halu, mengeluhkan pembiayaan yang harus dikeluarkan saat ingin melanjutkan sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Akibatnya, banyak dari mereka yang putus sekolah hanya sampai di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Salah seorang pemuda di desa tersebut, Jupi, mengaku hanya selesai di bangku sekolah SMP. Ia tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya karena tidak ada modal untuk meneruskannya.

Saat ini, Jupi bekerja mengatur kendaraan yang melewati Jalan Raya Gunung Halu. Jalan raya ini memang tengah dilakukan perbaikan. Sehingga, ruas setengah jalan ditutup sementara karena sedang ada pengecoran.

Ia memanfaatkan momen perbaikan jalan untuk memperoleh rezeki dari para pengendara. Meski hanya recehan, ia mengaku itu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. "Ya buat makan saja," tutur dia saat dihampiri Republika, akhir pekan lalu, di Desa Celak Kecamatan Gunung Halu, yang berada di di selatan Kabupaten Bandung Barat.

Lelaki yang hobi menggunakan topi ini tidak sendiri. Ia ditemani kawan-kawannya yang juga ikut membantu menagih uang dari para pelintas jalan.

Jupi hanya menyelesaikan sekolahnya sampai tingkat SMP. Karena orang tuanya kurang memiliki biaya untuk melanjutkan anaknya sekolah, Jupi pun akhirnya memilih untuk setop sekolah. Menurut Jupi, beberapa temannya memang ada yang melanjutkan sekolah sampai SMA atau sederajat. "Tapi itu pun mereka maksain," tutur dia.

Sementara itu, salah seorang warga lainnya, Armin, pun merasakan hal yang serupa. Menurut dia, meski sekolah sekarang sudah banyak yang gratis, tapi, tetap saja masyarakat sulit menjangkaunya. Karena ternyata masih ada embel-embel biaya yang harus dibayarkan. Seperti uang seragam, dan iuran bulanan.

Kata dia, beberapa warga yang anaknya melanjutkan sekolah hingga tingkat SMA dan sederajat, sampai harus memaksakan ekonomi keluarganya agar bisa melanjutkan jenjang pendidikannya. "Mesti ada yang dijual kalau lanjutin sekolah anak, makanya warga di sini mending sampai di tingkat SMP saja kebanyakan," kata dia.

Kepala Bidang Pendidikan SMA Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, Hasanudin, mengungkapkan, pembelian seragam selama ini memang ditanggung sendiri karena tidak menjadi biaya operasional sekolah. Namun, lanjut dia, untuk buku pelajaran, itu ditanggung oleh pemerintah. "Kalau seragam memang harus dibeli oleh masyarakat karena itu tidak termasuk ke dalam bagian operasional sekolah," tutur dia.

Lanjut dia, biaya yang harus dikeluarkan jika bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memang lebih mahal. Sebab, ada beberapa hal yang tidak bisa ditanggung oleh pemerintah. Seperti, kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan dunia usaha, itu tidak termasuk dalam operasional sekolah. "Kalau yang SMA, bisalah kita bantu," tutur dia.

Namun, Hasanudin mengakui, wilayah selatan Bandung Barat, seperti Kecamatan Gunung Halu dan Cipongkor, memang menjadi yang paling rendah tingkat partisipasinya dalam mengikuti pendidikan SMA dan sederajat. "Betul masih rendah memang," tutur dia.

Menurut dia, hal itu karena letak geografis di wilayah selatan Bandung Barat banyak dipenuhi bebukitan sehingga menyulitkan akses mereka ke sekolah. Jarak tempuhnya, lanjut dia, kadang sampai satu hingga dua kilometer. "Sekolah sih sudah murah, tapi ongkosnya yang mahal, itu kendalanya," tutur dia.

Karena itu, pihaknya terus berupaya mendorong masyarakat maupun pihak yayasan untuk memberikan pengajuan terkait pembangunan sekolah yang baru di wilayah selatan Bandung Barat. "Bagi yayasan yang ingin mendirikan sekolah, itu kita dukung betul," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement