Senin 18 May 2015 12:34 WIB
Kontroversi nada membaca Alquran

Hafiz Ini Sebut Baca Alquran Langgam Jawa di Istana Terkesan Melecehkan

Rep: C94/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Jokowi dan Menag Lukman Hakim mendengarkan bacaan Alquran langgam Jawa.
Presiden Jokowi dan Menag Lukman Hakim mendengarkan bacaan Alquran langgam Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang hafiz muda yang menjadi Imam Masjid Universitas Padjadjaran, Bandung, Muhammad Lutfi menilai, membaca Alquran dalam langgam tertentu harus sesuai hukum bacaan hurufnya. Menurut dia, memperindah lantunan dengan langgam tidak bisa sembarangan, seperti menggunakan langgam Jawa dalam membaca Alquran di Istana Negara pada pekan lalu.

"Setelah melihat video itu saya menilai secara tajwid tidak benar dengan begitu menyalahi perintah dasarnya, malah terkesan melecehkan," ujar hafiz berusia 21 tahun itu pada Senin (18/5).

Sehubungan dengan langgam budaya, Lutfi mengatakan, terdapat budaya i=Islam yang perlu dijaga keasliannya dan memang budaya berasal dari Arab. Dia mencontohkan, memakai gamis dan sorban itu budaya Arab. Sedangkan, kewajiban dalam Islam adalah menutup aurat.

"Kadang ada yang menilai itu budaya Arab, seperti ikhawal batasan memakai jilbab penutup aurat dinilai itu sebagi budaya Arab, padahal itu asli Islam," kata alumnus Jurusan Fisika Unpad tersebut

Penilaian tersebut, kata Lutf, lantaran kurang dipahami oleh masyarakat Muslim Indonesia, sehingga hanya perlu menjalankan nilai Muslim yang keindonesiaan. "Padahal hukum dan syariat Islam mau di manapun sama. Itu yang perlu diperhatikan dan dijalankan."

Lutfi mempertanyakan mengapa pemerintah tidak menyaring budaya Barat yang jelas bertolak belakang dengan moral bangsa. "Itu aneh, saya hanya tidak setuju jika budaya norma Islam disalah artikan sebagai budaya Arab dan menghilangkannya," kata pemuda yang aktif di Tahfizh Pondok Generasi Pemimpin Muda di Jatinangor, Sumedang itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement