Rabu 13 May 2015 21:08 WIB

Daerah Rawan Bencana di Kotim Dipetakan

Satu sudut Kota Sampit di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Foto: Antara/Untung Setiawan
Satu sudut Kota Sampit di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, sudah memetakan daerah rawan bencana untuk memudahkan pencegahan dan penanggulangan jika terjadi bencana.

"Setiap daerah punya potensi bencana yang berbeda-beda. Kita sudah ada peta rawan bencana dan itu yang menjadi acuan kita dalam membuat kebijakan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Rukmana Priyatna di sela Pelatihan logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana di Sampit, Rabu (13/5).

Dari 17 kecamatan yang ada di Kotim, sebagian besar kecamatan memiliki potensi bencana, meski berbeda-beda. Potensi bencana di Kotim di antaranya banjir, kebakaran dan kabut asap, kekeringan, longsor, puting beliung dan lainnya.

Kecamatan Antang Kalang, Mentaya Hulu, Bukit Santuei, Kotabesi dan Cempaga masuk daerah rawan banjir. Selain itu, belakangan ini banjir juga sering melanda Kota Sampit yang meliputi dua kecamatan yaitu Mentawa Baru Ketapang dan Baamang.

"Banjir di Bukit Santuei rutin terjadi tapi tahun ini terjadi banjir bandang karena curah hujan tinggi. Saat banjir beberapa waktu lalu, ada sebagian warga mengungsi ke tetangga maupun ke atas bukit. Bantuan sudah disalurkan oleh pemerintah daerah maupun perusahaan. Banjir di Sampit pada 12 April lalu juga lebih parah dibanding sebelumnya," kata Rukmana.

Kecamatan Baamang, Mentawa Baru Ketapang dan Kotabesi, masuk dalam kelompok kawasan rawan kebakaran, baik kebakaran lahan maupun permukiman. Bahkan sudah beberapa kali terjadi kebakaran besar menghanguskan puluhan hingga seratus rumah lebih, dan sampai menimbulkan korban jiwa.

Potensi bencana lainnya yaitu tanah longsor yang rawan terjadi di Kecamatan Mentaya Hulu, Parenggean dan Antang Kalang. Namun potensi longsor di daerah ini dinilai tidak terlalu membahayakan, meski harus tetap selalu diwaspadai.

Untuk kawasan selatan, potensi bencana yang mengancam adalah kekeringan saat musim kemarau karena sumur kering, sedangkan air sungai berasa asin akibat intrusi air laut. Saat terjadi krisis air seperti itu, pemerintah daerah membantu pasokan air bersih dari Sampit agar masyarakat bisa tetap mengonsumsi air bersih.

"Saat kemarau 2014 kemarin hampir 15 tangki air bersih diberangkatkan untuk membantu di Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut. Yang paling parah itu di Mentaya Hilir Selatan. PDAM menyiapkan air sosial dibantu armada dari sejumlah instansi," ucap Rukmana.

Saat menanggulangi bencana, BPBD Kotim dibantu instansi teknis lainnya. Sebagai koordinator, BPBD terus menjadi komunikasi dan koordinasi dengan seluruh instansi terkait sebagai antisipasi jika terjadi bencana pada waktu yang tidak terduga.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement