REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo dinilai bisa menggunakan Nawa Cita sebagai indikator penilaian kinerja menterinya, jika ingin melakukan perombakan kabinet alias reshuffle.
"Pelaksanaan Nawa Cita seharusnya menjadi common platform dan pedoman, arah dan tujuan bagi seluruh anggota kabinet dalam membuat dan menjalankan kebijakan," kata Peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo di Jakarta, Senin (11/5).
Karenanya, menurut Karyono Nawa Cita harus menjadi ukuran utama dalam membuat penilaian kinerja. Artinya, bila Presiden berkesimpulan ada menteri yang tidak menjalankan Nawa Cita, apalagi bertentangan, maka menteri tersebut layak diganti.
"Menteri yang tidak menjalankan Nawa Cita, apalagi yang bertentangan, harus diganti dengan orang lain yang lebih layak dari segi kapasitas dan memiliki komitmen kuat terhadap Nawa Cita," tuturnya.