Jumat 08 May 2015 23:03 WIB

Inilah Makna di Balik Penghapusan Gelar Kalifatullah

Rep: c32/ Red: Didi Purwadi
Raja Yogyakarta, Sri Sultan HB X (kiri) saat memberikan Sabda Tama di Keraton Yogyakarta, Kamis (10/5).
Foto: Antara/Regina Safri
Raja Yogyakarta, Sri Sultan HB X (kiri) saat memberikan Sabda Tama di Keraton Yogyakarta, Kamis (10/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan dari Universitas Gajah Mada (UGM), Sri Mergana, menilai ada kemungkinan Sultan ingin mewariskan tahtanya kepada anak perempuannya. Oleh karena itu, menurutnya, maka Raja juga ingin menghilangkan kata kalifatullah sebab gelar melekat dengan fungsi kedudukan.

“Kalau yang memimpin kerajaan adalah raja perempuan, maka penggunaan gelar kalifatullah tidak pas,” tutur Sri kepada Republika.co.id, Jumat (8/5). Menurutnya, gelar tersebut tidak bisa digunakan kepada perempuan, hanya bisa digunakan kepada laki-laki saja.

Lebih lanjut ia menjelaskan, kalifatullah mempunyai arti pemimpin yang sekaligus juga menjadi wakil tuhan. Dalam kerajaan Islam, wakil tuhan itu tradisinya tidak boleh diberikan kepada perempuan.

Oleh karena itu, masih menurut Sri, dalam Sabda Raja yang dikeluarkan oleh sultan selain pengangkatan putrinya menjadi putri mahkota maka ada juga penghilangan gelar kalifatullah. “Mungkin supaya tidak menimbulkan kontroversi nantinya,” kata Sri.

Dalam hal ini, menurut Sri, kontroversi akan timbul jika Sultan mengubah tradisi yang sudah ada yaitu sebelumnya tidak pernah ada perempuan yang memimpin kerajaan. “Mungkin makna wakil tuhan sudah tidak relevan lagi jika yang memimpin kerajaan perempuan dan perubahan zaman yang sudah berbeda,” ungkap Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement