Jumat 08 May 2015 15:31 WIB
Sabda Raja Yogyakarta

Masyarakat Luar Keraton Yogyakarta Butuh Kejelasan Sabda Raja

Rep: C32/ Red: Erik Purnama Putra
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Foto: Antara
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejarawan Universitas Gajah Mada (UGM), Djoko Suryo menilai, masyarakat khususnya untuk daerah Yogyakarta membutuhkan kejelasan dari Sri Sultan Hamengkubuwono X terkait dengan Sabda Raja. Menurutnya, masyarakat di luar Keraton perlu tahu alasan Sultan membuat Sabda Raja tersebut.

“Sampai saat ini, kita belum memperoleh secara utuh kejelasan tersebut,” kata Djoko kepada ROL, Jumat (8/5).

Hingga kini, masih menurut Djoko, masyarakat di luar Keraton belum mengetahui alasan mengapa Raja bisa membuat Sabda Raja dengan melakukan perubahan-perubahan tradisi. Pasalnya, Sri Sultan saat membacakan Sabda Raja hanya di dalam lingkup Keraton saja.

“Kan pembacaan Sabda Raja hanya dihadiri kerabat-kerabat Keraton tidak dihadari oleh masyarakat luar Keraton juga,” jelas Djoko.

Karena itu, menurut Djoko, masyarakat belum menerima informasi yang utuh mengenai alasan pembuatan Sabda Raja itu. Selain itu, Raja juga diharapkan bisa memberikan penjelasan dengan argumentasi yang halus dan jelas kepada publik.

“Makanya untuk adanya penghapusan kata Khalifatullah pada gelar Sultan dan juga ada pengangkatan Putri Raja menjadi Putri Mahkota serta terjadi polemik dirasakan oleh keluarga Keraton, semua itu kita sebagai masyarakat di luar Keraton belum mengetahui apa alasan tepatnya,” ungkap Djoko.

Diketahui sebelumnya, Raja Keraton Yogyakarta telah membacakan Sabda Raja mengenai beberapa hal hingga setelahnya ada pengangkatan Putri Mahkota kepada anaknya. Sabda tersebut berisi kata 'Buwono' menjadi 'Bawono', gelar Khalifatullah dihilangkan.

Kemudian, kata 'Kaping Sedasa' diganti menjadi 'Kaping Sepuluh', mengubah perjanjian pendiri Mataram antara Ki Ajeng Guring dengan Ki Ageng Pemanahan, dan Menyempurnakan keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dengan Kyai Ageng Joko Piturun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement