REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedewasaan politik rendah antara kelompok dalam sebuah partai politik (Parpol) itu sendiri dinilai sebagai penyebab utama mereka mengalami perpecahan, khususnya pasca munas, kongres atau muktamar.
Pengamat politik dari Indo Asia Research, Fathorrahman Fadli mengatakan egosentrisme antar kelompok atau geng dalam internal partai politik sebenarnya secara faktual terjadi di semua partai.
"Hanya saja perbedaannya terletak pada bagaimana mereka memahami dan mengelola perbedaan kepentingan itu secara lebih cerdas, sehingga tidak merugikan masa depan partainya," tegasnya, Rabu (6/5).
Ia menilai, apabila kepentingan antar kelompok mendominasi kepentingan besar partainya maka partai tersebut akan mengalami kerugian dalam jangka panjang. Ia mencontohkan kasus Partai Golkar dan PPP yang kini masih belum menemukan solusi atas kemelut yang mereka alami.
"Harus ada kedewasaan dalam melihat masalah pertarungan kepentingan diantara mereka. Politisi yang hanya berpikir sempit dan pendek akan mengancam masa depan partai dan masa depan demokrasi bangsa Indonesia," ujarnya.
Oleh karena itu, kata pria yang akrab disapa Fatur ini, sebenarnya keributan yang terjadi di dalam partai politik selama ini tidak menyentuh hal yang substantif.
"Yang lebih dominan adalah persoalan selera dan suka atau tidak suka, atau hanya persoalan remeh temeh belaka," katanya.
Ia kemudian mengingatkan agar partai politik segera berbenah diri agar tetap dicintai masyarakat sebab kalau berlarut-larut, maka kepercayaan masyarakat pada parpol dan para politisi akan semakin pudar.
"Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap politisi sudah sangat rendah karena itu jangan diperparah oleh perilaku yang tidak baik bagi partainya," katanya.