Rabu 06 May 2015 16:10 WIB

Separatisme Bukan Sekadar Gerakan Memisahkan Diri

Salah satu anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) Ilipo Morib (dua kiri) dari kelompok Simon Kogoya dari wilayah Ilaga hingga Timika menyerahkan diri disaksikan langsung oleh Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan (kanan) di Makodim 1702 Jaya
Foto: Antara/Iwan Adisaputra
Salah satu anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) Ilipo Morib (dua kiri) dari kelompok Simon Kogoya dari wilayah Ilaga hingga Timika menyerahkan diri disaksikan langsung oleh Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan (kanan) di Makodim 1702 Jaya

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Ketimpangan kesejahteraan antara Indonesia timur dengan Indonesia barat berpontensi melahirkan gerakan separatisme.

"Separatisme adalah pelabelan pemerintah terhadap gerakan rakyat. Separatisme muncul karena ketidakadilan dan keterbelakangan ekonomi,” jelas peneliti sejarah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arif Subekti dalam diskusi 'Cahaya Timur untuk Persatuan dan Kesatuan Indonesia' yang diadakan Solidaritas Pergerakan Aktivis Untuk Indonesia (SUROPATI), Rabu (6/5).

Ia mengingatkan bahwa gerakan separatisme jangan hanya diartikan gerakan untuk memisahkan diri. Makna gerakan separatisme itu tidak tunggal. Namun, intinya gerakan separatisme ingin menuntut hak keadilan atas kekayaan alam yang ada di wilayahnya.

“Separatisme itu ekspresi lokal yang meminta perhatian lebih dari pusat. Jika pemerintah memberikan perhatian lebih, separatis tidak akan terjadi," katanya.

Ketua Dewan Penasihat Pattimura DIY Jacky Latupeirisa, sumber daya manusia di wilayah Indonesia bagian timur sesungguhnya memiliki keahlian tinggi karena ditempa alam dan sumber daya makanan yang bergizi. Kekurangannya karena mereka tidak sabar dan ulet seperti orang Jawa.

"Jika kita belajar ulet seperti orang Jawa, maka timur akan bercahaya. Indonesia bagian timur itu dikelilingi lautan dan kekayaan alam yang melimpah, sangat gampang sebenarnya Indonesia timur merdeka, kita tidak mau. Indonesia timur hanya butuh pemerataan," tegasnya.

Maka, ia berharap agar pemuda dari Indonesia timur yang kuliah di Jawa punya daya tarik lebih karena punya karakter orang timur tangguh dan juga menyerap karakter Jawa yang ulet.

"Suatu saat anak-anak Indonesia timur harus balik membangun tanah kelahirannya," ujarnya.

Aktivis pemuda dari NTT Carlos Rogger Evantino merinci bahwa pemuda adal Indonesia timur terlibat dalam mempersatukan Nusantara yang juga melibatkan pemuda-pemuda Indonesia timur.

“Sejarah ini jangan dilupakan bahwa ada Jong Java, Jong Sumatra dan Jong Ambon. Ternyata kontribusi orang-orang Indonesia timur untuk perjalanan Republik tidak bisa kita tinggalkan," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement